Selasa, 27 September 2016

4 DOA DAHSYAT "Hidayah - Taqwa - Waspada - Kecukupan

“DOA MEMOHON HIDAYAH DAN SIFAT QONAAH”  
Masjid Nurul Qomar Puri Cilegon Hijau( Jum’at : 21-09-2016)

Maasyiral Muslimin Sidang Jumat Rahimakumullah
Ushikum wa nafsiy bitaqwallah.”
Marilah kita senantiasa bersyukur kepada Allah SWT yg telah memberikan kenikmatan wa bil khusus nikmat hidayah iman dan islam sehingga sampai saat ini kita masih bisa melaksanakan salah satu perintah Allah yang besar yaitu Sholat Jumat Berjamaah.
Setiap jumat khatib selalu mengingatkan untuk berwasiat khusunya kepada diri khatib dan umumnya kepada jamaah sekalian, marilah kita tingkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT dengan takwa yg sebenar-benarnya, karena nilai kemulyaan kita disisi Allah bukan karena banyaknya harta yg kita miliki, buka bagus dan cantiknya rupa kita, tingginya jabatan yang kita sandang namun kemuliaan kita ditentukan seberapa besar Taqwa kita kepada Allah SWT yaitu melaksanakan perintah Allah dengan mengikuti cara sunnah baginda Rasulullah  SAW.

Maasyiral Muslimin Sidang Jumat Rahimakumullah
Tidak terasa hari ini sudah hari Jumat kembali seolah baru kemaren kita sholat jumat, seolah baru kemaren hari senin namun hari ini sudah berganti hari jumat lagi. Waktu seolah berlalu begitu cepat, hari, minggu, bulan, tahun, jam, menit, detik semua berputar seolah mengejar kita. Lalu kita bertanya dalam diri kita sudah umur berapakah kita hari ini? Sudah berapa lama kita ini hidup menghirup udara di dunia ini? Dan masih berapa lama lagi kita akan tinggal disini? Apakah hari yang kita lalui hanya akan berlalu begitu saja tanpa makna dan tujuan? Sudah berapa banyak bekal perjalanan kita menuju kehidupan selanjutnya? Apakah sudah cukup, apakah kita sudah benar2 mempersiapkan diri, atau masih santai-santai saja, seolah hidup ini biasa-biasa saja? Astghfirullahl azdiim..

Suatu Ketika sahabat Ibnu Abbas ra pernah ditanya, hari apakah yang paling baik, bulan apa yg terbaik dan amal apa yang paling baik? Maka beliau menjawab 1.) Hari yg paling baik adalah hari Jumat, 2.)Bulan yang paling baik adalah bln Ramadhan, 3.) Amalan yang paling baik adalah sholat 5 waktu yang dikerjakan tepat pada waktunya. Sesudah berlalu 3 hari sahabat Ali ra. Juga ditanya masalah yg sama maka beliau membenarkan fatwa Ibnu Abbas tersebut dan memberikan komentar, seandainya para ulama, alhi fiqih, ahli hikmah dari barat sampai ketimur ditanya masalah itu mereka akan memberikan jawaban yang sama, hanya saja aku akan memberikan jawaban yg lain : 1. Sebaik2 amal adalah amal yang diterima oleh Allah SWT, 2. Sebaik2 bulan adalah bulan dimana engkau bertaubat dengan taubat yang murni kepada Allah, 3. Dan sebaik2 hari adalah hari dimana engkau meninggalkan dunia ini dalam keadaan tetap beriman kepada Allah. Subhanallah..

Maasyiral muslimin rahimkumullah..
Ada sebuah doa dimana doa ini selalu dibaca oleh Rasullullah SAW, doa yang pernah diajarkan kepada para sahabatnya doa yang cukup pendek namun syarat dengan makna yang mulia.
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,
أنَّ النبيَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يقول : (( اللَّهُمَّ إنِّي أسْألُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca do’a: “Allahumma inni as-alukal huda wat tuqo wal ‘afaf wal ghina”.” (HR. Muslim no. 2721)
Makna doa
Pertama: Yang dimaksud dengan “al huda” adalah petunjuk dalam ilmu dan amal. Ilmu harus selalu menyertai amal, karena beramal tanpa ilmu niscaya tidak akan diterima/sia-sia belaka. Hidayah/petunjuk itu sangat mahal bahkan terkadang betapa ganyak orang yang sudah mengetahui sebuah ilmu hukum2 tentang agama namun tidak kuat untuk melaksanakanya, mudah melanggar dan menyepelekan hukum2 Allah, naudzubillah..
Sholat yang kita lakukan dengan berjamaah dimasjid, ini juga karena petunjuk/hidayah dari Allah, bahkan untuk memindahkan cara makan/minum kita dari menggunakan tangan kiri ke tangan kanan butuh hidayah Allah SWT, tidak jaminan bahwa orang2 sudah tahu ilmunya bisa mengamalkan, oleh karena itu kita harus selalu memhon hidayah Allah SWT agar diberikan kekuatan iman untuk mengamalkan perkara2 agama, karena kejayaan kita / kesuksesan kita hanya di dalam mengamalkan agama dengan sempurna.
Wamayuti’illaha warasuulahu faqod faaza fauzan ‘adziim (siapa yg taat pd Allah dan rasul-Nya itulah kesuksesa/kejayaan yang sebenar2nya (Qs. Al-Ahzab 71)
Kedua: Keutamaan meminta ketakwaan. Yang dimaksud takwa adalah menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah. Di dalam surat Al-A'raf ayat 35,
 فَمَنِ اتَّقَىٰ وَأَصْلَحَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَartinya adalah : "Barang- siapa yang bertakwa dan berlaku baik, tidak akan ada rasa khawatir pada diri mereka dan mereka tidak akan berduka cita".

Terdapat di dalam surat Al-Baqarah ayat 103, artinya: "Sekiranya mereka beriman dan bertakwa, tentu akan mendapatkan pahala yang lebih baik di sisi Allah, sekiranya mereka mengetahui".

Di dalam surat An-Nahl ayat 128, yang artinya adalah : "Sesungguhnya Allah menyertai orang-orang yang takwa dan orang-orang yang berbuat kebajikan". . 
Hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad, adalah: "Aku berpesan kepadamu dengan takwa kepada Allah dalam segala urusanmu baik yang tersembunyi ataupun yang terang-terangan". 

Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad juga, artinya : "Aku berpesan kepadamu untuk takwa kepada Allah, karena takwa itu pokok pangkal segala sesuatu". Hadits riwayat Tirmidzi, artinya adalah : "Takwalah kepada Allah di dalam segala sesuatu yang kamu ketahui", 
Taqwa itu adalah tolok ukur / nilai kemulyaan kita disisi Allah SWT bukan sekedar slogan dan ucapan belaka, oleh karena itu kita selalu memohon pada Allah agar selalu menjadi hamba yg bertaqwa.

Ketiga: Keutamaan meminta sifat ‘afaf atau ‘iffah yaitu agar dijauhkan dari hal-hal yang diharamkan (bisa juga berarti sifat waspada/kehati-hatian). Banyaknya pelanggaran hukum yg dilakukan manusia saat ini adalah karena hilangnya rasa takut kita kepada Allah SWT, tidak perdulu halal haram. do’a ini berarti mencakup meminta dijauhkan dari pandangan yang haram, dari bersentuhan yang haram, makana yg haram, perbuatan yang haram dlsb.
An Nawawi –rahimahullah- mengatakan, “ ’Afaf dan ‘iffah bermakna menjauhkan dan menahan diri dari hal yang tidak diperbolehkan. Sedangkan al ghina adalah hati yang selalu merasa cukup dan tidak butuh pada apa yang ada di sisi manusia.” (Syarh Muslim, 17/41)
Keempat: Keutamaan meminta pada Allah sifat al ghina yaitu dicukupkan oleh Allah dari apa yang ada di sisi manusia dengan selalu qona’ah, selalu merasa cukup ketika Allah memberinya harta sedikit atau pun banyak. Karena ingatlah bahwa kekayaan hakiki adalah hati yang selalu merasa cukup. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ
Kekayaan (yang hakiki) bukanlah dengan banyaknya harta. Namun kekayaan (yang hakiki) adalah hati yang selalu merasa cukup.” (HR. Bukhari no. 6446 dan Muslim no. 1051)

Abdullah bin mas’ud berkata : 1. Tunaikanlah dengan sempurna segala apa yg sudah dilakukan Allah padamu, niscaya kamu akan menjadi orang yg paling taat dalam beribadah. 2. Jauhilah hal-hal yg diharamkan Allah tentu engkau akan menjadi orang yg paling zuhud. 3. Terimalah dengan ridho atas karunia Allah yg dibagikan kepadamu pasti engkau menjadi manusia yang paling pandai bersyukur.

Oleh karena itulah kita dianjurkannya agar merutinkan membaca do’a ini agar kita selalu mendapatkan hidayah, taqwa, qonaah dan kekayaan. Kaya harta yg bermanfaat, kaya hati yg selalu merasa cukup, kaya amal kebaikan yang selalu ikhlas dan istiqomah yg dpt menjadi asbab keridhoan Allah SWT dan beranfaat bagi sebanyak2 umat. Waalhu a’lam bishowab..

Barakallahuli walakum fil quranil adziiim..
=============
Semoga menjadi asbab hidayah bagi sebanyak2 orang dan kita mampu mengamalkan dan menyampaikan, Insya Allah

Disampaikan pada khutbah jumat 21-9-2016
Oleh Supriyanto
emai : smartpower78@gmail.com

Jumat, 20 Mei 2016

3 Persiapan Ramadhan di Bulan Sya'ban

Keutamaan Sya’ban Menyambut Ramadhan (20 mei 2016) “Masjid Nurul Qomar Puri Cilegon Hijau  ”

Jamaah jum’at yang dimuliakan Allah
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam.Kepada-Nyalah kita bersyukur atas limpahan kenikmatan yang tak pernah berhenti dikucurkan-Nya kepada kita. Dialah Allah Azza wa Jalla yang telah memberikan nikmat keimanan dan kesehatan kepada kita. Dialah pula yang telah menyisipkan hidayah dalam hati kita, yang dengan hidayah tersebut, Allah SWT telah menggerakkan hati kita untuk melangkahkan kaki kita menuju masjid ini. Sehingga kita bisa berkumpul bersama untuk menunaikan kewajiban kita sebagai seorang muslim, yaitu melaksanakan shalat Jum’at dan mendengarkan khutbah Jum’at yang merupakan bagian tak terpisahkan dari pelaksanaan ibadah shalat Jum’at ini.

Jamaah Jum’at rahimakumullah
Waktu berjalan dengan begitu cepat, saat ini kita sudah pertengahan bulan sya’ban. Ramadhan telah tiba di hadapan, padahal seolah belum lama kita meninggalkan bulan mulia itu dengan suka cita hari raya. Maka benarlah apa yang diisyaratkan Rasulullah SAW dalam haditsnya : “ Ada dua nikmat yang kebanyakan manusia lalai daripadanya : kesehatan dan kesempatan (waktu luang) “ (HR Bukhori) . Karena itulah, mari kita segera berbenah diri sejak dini, menata hati dan langkah menyambut ramadhan, di mulai dari bulan Sya’ban ini. 

“(Sya’ban) ini adalah bulan yang dilalaikan oleh kebanyakan manusia, yaitu (terletak) antara bulan Rajab dan Ramadhan” (HR. An-Nasa’I; hasan)
Bulan ini adalah pintu menuju bulan Ramadlan. Siapa yang berupaya membiasakan diri bersungguh-sungguh dalam beribadah di bulan ini, ia akan menuai kesuksesan di bulan Ramadlan.
Dinamakan Sya’ban, karena pada bulan itu terpancar bercabang-cabang kebaikan yang banyak (yatasya’abu minhu khairun katsir). Menurut pendapat lain, Sya’ban berasal dari kata Syi’b, yaitu jalan di sebuah gunung atau jalan kebaikan. SYA’BAN adalah bulan yang sangat mulia dan disebut bulan Rasulullah saw. Beliau selalu berpuasa pada bulan ini hingga datang bulan Ramadhan. Beliau bersabda, “Sya’ban adalah bulanku. Siapa berpuasa satu hari pada bulanku ini, surga adalah miliknya.”
Ibaratnya kedatangan tamu mulia, maka tuan rumah yang baik tentu akan mempersiapkan sambutan yang terbaik. Kita semua kaum muslimin adalah tuan rumah yang akan mempersiapkan kedatangan Ramadhan, mulai dari bulan Sya’ban ini. 

Jamaah Jum’at rahimakumullah,
Salah satu keistimewaan bulan Sya’ban adalah diangkatnya amal-amal manusia pada bulan ini ke langit. Dari Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata: “Saya berkata: “Ya Rasulullah, saya tidak pernah melihatmu berpuasa dalam suatu bulan dari bulan-bulan yang ada seperti puasamu di bulan Sya’ban.” Maka beliau bersabda: “Itulah bulan yang manusia lalai darinya antara Rajab dan Ramadhan. Dan merupakan bulan yang di dalamnya diangkat amalan-amalan kepada rabbul ‘alamin. Dan saya menyukai amal saya diangkat, sedangkan saya dalam keadaan berpuasa.” (HR. Nasa’i).
Rasulullah SAW dan para sahabat sejak awal telah menjadikan bulan sya’ban sebagai bulan persiapan menyambut Ramadhan dengan memperbanyak puasa sunnah.

Jamaah Jum’at rakhimakumullah,
Adapun serangkaian persiapan di bulan Sya’ban yang bisa kita lakukan antara lain : 

Pertama : Persiapan Keimanan dan Kejiwaan dengan Berdoa & Memperbanyak Ibadah 
Perintah puasa sejatinya ditujukan kepada orang-orang beriman. Di dalam surat al-Baqoroh 183 begitu jelas keimanan kita disentuh dengan panggilan kesayangan: “ wahai orang-orang yang beriman” . Karenanya langkah awal persiapan di bulan Sya’ban ini adalah mengkondisikan keimanan kita, agar benar-benar layak dan siap untuk mengisi bulan mulia tersebut. Persiapan keimanan dan pengkondisian jiwa juga dilakukan oleh Rasulullah SAW, bahkan sejak awal bulan Rajab. Dalam riwayat dari Anas bin Malik ra disebutkan : Bahwasanya Rasulullah SAW ketika memasuki bulan Rajab berdoa : “Allaahumma baariklanaa fii Rajaba wa Sya’baana wa ballighna Ramadhana.” “ Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, serta sampaikanlah (usia) kami pada bulan Ramadhan “ (HR Ahmad). Allah SWT berfirman melalui hadits qudsi : Dan senantiasa hamba-Ku mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka Aku akan memberi petunjuk pada pendengaran yang ia gunakan untuk mendengar, memberi petunjuk pada penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, memberi petunjuk pada tangannya yang ia gunakan untuk memegang, memberi petunjuk pada kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon sesuatu kepada-Ku, pasti Aku mengabulkannya dan jika ia memohon perlindungan, pasti Aku akan melindunginya.” (HR. Bukhari no. 2506). 

Orang yang senantiasa melakukan amalan sunnah (mustahab) akan mendapatkan kecintaan Allah, lalu Allah akan memberi petunjuk pada pendengaran, penglihatan, tangan dan kakinya. Allah juga akan memberikan orang seperti ini keutamaan dengan mustajabnya (terkabulnya) do’a. Dengan berdoa dan memperbanyak ibadah, maka kondisi keimanan kita akan terjaga hingga Ramadhan menjelang. Begitu pula secara konsentrasi, pikiran dan jiwa kita akan fokus dalam menyambut tamu mulia itu.

 Kedua : Memperbanyak Puasa dan Membayar Hutang Puasa 
Selain persiapan keimanan, kita juga bisa melakukan persiapan Ramadhan secara lebih fokus yaitu dengan memperbanyak puasa sunnah di bulan Sya’ban. Rasulullah SAW telah memberikan contoh begitu jelas pada kita –sebagaimana disebutkan dalam hadits terdahulu – betapa beliau lebih mengintensifkan puasa sunnah di bulan Sya’ban. Bagi kita ini persiapan semacam ini tentu menjadi sangat penting, khususnya banyak dari kita yang melewati satu tahun dengan penuh kesibukan hingga jarang melakukan puasa sunnah. Begitu pula secara khusus bagi kaum wanita yang masih mempunyai tanggungan hutang puasa ramadhan di tahun lalu, maka bulan Sya’ban ini waktu yang tepat untuk segera melunasinya. Diriwayatkan pula dalam Shahih Bukhori, bagaimana Aisyah binti Abu Bakar ra, istri Rasulullah SAW pun baru bisa mengganti hutang puasanya di bulan Sya’ban, karena kesibukannya dalam membantu Rasulullah SAW . 
“Rasulullah saw berpuasa hingga kami mengatakan beliau Saw tidak pernah berbuka, dan beliau berbuka hingga kami mengatakan bahwa beliau tidak pernah puasa. Namun Rasulullah saw tidak pernah berpuasa sebulan penuh, kecuali pada bulan Ramadhan. Dan aku tidak pernah melihat satu bulan yang paling banyak beliau berpuasa kecuali pada bulan Sya’ban.” (HR. Muslim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah berpuasa sunnah di satu bulan yang lebih banyak daripada bulan Sya’ban. Sungguh, beliau berpuasa penuh pada bulan Sya’ban. (HR. Al Bukhari)

Ketika menjelaskan hadits ini dalam Kitab Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Asqalani menerangkan bahwa kalimat “berpuasa sebulan penuh” adalah ungkapan majaz. Dalam ungkapan bahasa Arab, seseorang boleh mengatakan “berpuasa sebulan penuh” padahal yang dimaksud adalah “berpuasa pada sebagian besar hari di bulan itu”.
Dari keterangan tersebut, kita menjadi tahu bahwa berpuasa sunnah di bulan Sya’ban menjadi begitu istimewa karena pada bulan ini amal diangkat, bulan ini dilalaikan oleh banyak manusia, dan sekaligus puasa Sya’ban merupakan persiapan puasa Ramadhan.

Ketiga : Persiapan Ilmu 
Bulan Ramadhan adalah bulan penuh keberkahan yang di dalamnya kita dianjurkan memperbanyak kebaikan. Banyak juga amalan-amalan lain di luar puasa yang semestinya kita lakukan di bulan Ramadhan, seperti : sedekah, memberi buka, tilawah dan tentu saja shalat tarawih. Anggapan Ramadhan sekedar bulan puasa hanya akan mengecilkan semangat kita dalam memperbanyak kebaikan di bulan mulia tersebut. Karenanya kita membutuhkan persiapan keilmuan sejak dini tentang bulan Ramadhan, agar saat bulan mulia itu menjelang, kita benar-benar tahu dan yakin tentang apa yang harus kita lakukan dalam mengisinya. Banyak kita saksikan di televisi dan media, saat Ramadhan telah beranjak setengah perjalanan masih saja banyak pertanyaan-pertanyaan mendasar seputar puasa, khususnya apa yang boleh dan apa yang tidak boleh. Ini menunjukkan kekurangsiapan kita dalam menjalani ibadah puasa. 

Bulan Sya’ban ini adalah waktu yang tepat kita mempersiapkan keilmuan kita untuk mengoptimalkan pahala Ramadhan. Agar kita bisa mengisinya dengan optimal, dan berusaha menjalankan puasa dengan sempurna. Rasulullah SAW telah mengingatkan tentang puasa yang sia-sia. Dari riwayat Abu Hurairah ra beliau bersabda : “ Betapa banyak orang berpuasa tapi tidak ada baginya pahala puasa kecuali lapar saja, dan betapa banyak orang sholat malam (tarawih), tapi tidak ada baginya pahala kecuali (kelelahan) begadang saja” (HR An-Nasa’i). 
Akhirnya, marilah kita mengajak keluarga kita, saudara dan juga sahabat untuk bersama-sama menjadikan bulan Sya’ban ini sebagai bulan persiapan. Dari mulai persiapan keimanan hingga keilmuan, kita wujudkan satu demi satu pada hari-hari kita, pada rumah tangga dan lingkungan kita. Semoga Allah SWT memberikan taufiq dan hidayah, keberkahan dan kemudahan dan keberkahan. Wallahu a’lam. 

Jumat, 25 Maret 2016

4 Pertanyaan di Hadapan Allah Pada Hari Qiamat

KHUTBAT JUMAT 25 Maret 2016,  “4 PERTANYAAN HARI QIAMAT” Masjid Nurul Qomar PCH
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah…
Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala di manapun kita berada. Baik ketika kita sedang bersama orang banyak, maupun ketika sendirian. Dan marilah kita senantiasa takut akan terkena azab-Nya, kapan dan di mana pun kita berada. Karena, kewajiban menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya bukan hanya pada waktu dan saat-saat tertentu saja. Bahkan, beribadah kepada-Nya adalah kewajiban yang harus dilakukan hingga ajal mendatangi kita. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ
Dan beribadahlah kepada Rabb-mu sampai kematian mendatangimu.” (Al-Hijr: 99)
Ma'asyiral muslimin rahimakumullah..
Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat seolah baru kemaren kita sholat jumat sekarang kita sudah berada di hari jumat lagi, dan salah satu tanda akhir zaman ini adalah waktu seolah dipersingkat setahun bagai sebulan, sebulan bagi seminggu, seminggu bagai sehari dan sehari bagai sejam saja.. tak terasa waktu itu tahu-tahu... Jarak yang dulu terasa jauh kini seolah bumi bagai dilipat...sadarkah kita bahwasanya ini adalah tanda2 Kebesaran Allah bahwa Allah Kuasa terhadap sesuatu apapun.. maka pertanyaan dari dalam diri kita sudahkah hidup kita ini kita isi dengan penuh manfaat..
Ingatlah bahwa hidup kita ini bukanlah sekedar main-main saja tapi hidup kita di dunia ini penuh makna dan tujuan. dan salah satu tujuan hidup kita adalah mengabdi, taat beribadah kepada Allah SWT namun berapa banyak manusia saat ini sudah lali dari tujuan hidupnya seolah apa yg diperbuatnya tidak akan diminta pertanggung jawaban dihadapan Allah SWT.
Ingatlah firman Allah
يَوْمَئِذٍ تُعْرَضُونَ لا تَخْفَى مِنْكُمْ خَافِيَةٌ
“Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu), tiada sesuatupun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah)”. (QS. Al-Haaqoh: 18)
فَالْيَوْمَ لا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا وَلا تُجْزَوْنَ إِلا مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

Maka pada hari itu seorang tidak akan dirugikan sedikit pun dan kamu tidak akan diberi balasan, kecuali sesuai dengan apa yang telah kamu kerjakan. (Yasin 54)
Allah subhanahu wata’ala menyatakan dalam Al Qur’an:
وَآَتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zhalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (Ibrahim: 34)

 Ketika kita telah sadar bahwa hidup ini adalah ada pertanggungjawaban yang harus kita lakukan maka marilah kita renungkan nasehat Rasulullah berikut ini:

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dari hadits Abu Barzah Al-Aslami radhiyallahu ‘anhu yang diriwayatkan oleh Al-Imam At-Tirmidzi dan beliau berkata bahwa hadits ini derajatnya Hasan Shahih. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
 “Tidak akan bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat nanti sampai ditanya tentang empat perkara: (1) tentang umurnya untuk apa dia gunakan, (2) tentang ilmunya, sejauh mana dia amalkan ilmunya tersebut, (3) tentang hartanya, dari mana harta tersebut didapatkan dan untuk apa harta tersebut dibelanjakan, dan (4) tentang tubuhnya, untuk apa dia gunakan.” (HR. At-Tirmidzi)
Maasyiral Muslimin Sidang Jumat Rahimakumullah
Hadits ini menjelaskan tentang apa yang akan terjadi pada hari kiamat, masing-masing kita akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah subhanahu wata’ala. Tidak ada orang tua di sisi kita, semuanya bertanggungjawab dengan dirinya sendiri, tidak ada yang menggantungkan kepada orang tuanya, walaupun dahulu orang tuanya mungkin orang yang besar dan mempunyai kedudukan. Ketika hari kiamat, itu semua akan sirna, semua berdiri dengan dirinya sendiri, mempertanggungjawabkan apa yang telah diperbuatnya ketika di dunia.
Tidak akan bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat nanti sampai ia ditanya tentang 4 perkara:
Pertama, ditanya tentang umurnya, kesempatan dia hidup di dunia ini, untuk apa ia gunakan. Apakah dengan usia atau kesempatan itu dia gunakan untuk berfoya-foya, ataukah dia tidak merasa bahwasanya dia akan dikembalikan oleh Allah subhanahu wata’ala di hari kiamat nanti. Coba kita bayangkan wahai saudaraku, di kala kita hidup di dunia ini tidak sadar dan lalai bahwa kita akan dikembalikan oleh Allah subhanahu wata’ala, kemudian nyawa kita dicabut dalam keadaan kita belum bertaubat kepada-Nya, maka apa yang terjadi kemudian. Rasulullah SAW bersabda: “Sebaik-baiknya manusia adalah orang yang diberi panjang umur dan baik amalannya, dan sejelek-jeleknya manusia adalah orang yang diberi panjang umur dan jelek amalannya.” (HR. Ahmad)

Kedua, tentang ilmunya,
sejauh mana dia amalkan ilmu tersebut. Kita menuntut ilmu ini tidak dibiarkan oleh Allah subhanahu wata’ala. Ilmu itu bukan sebatas sebagai wacana dalam diri kita, Allah subhanahu wata’ala akan meminta pertanggungjawaban kita. Apa yang kita ilmui harus kita amalkan, karena itulah hakikat ilmu wahai saudaraku.
Ketiga, tentang hartanya, dari mana ia dapatkan harta tersebut dan untuk apa harta tersebut dibelanjakan. Apakah harta tersebut dia peroleh dari jalan yang halal, ataukah harta tersebut diperoleh dari hal-hal yang haram. Apakah keluarganya diberi makan dari sesuatu yang haram, maka ketika itu Allah subhanahu wata’ala akan meminta pertanggungjawaban kepada dia. Dan kemudian juga ditanya untuk apa harta tersebut dibelanjakan. Terkadang kita tidak merasa bahwasanya harta ini, kita belanjakan untuk hal-hal yang akan menjauhkan seseorang dari perintah-perintah Allah subhanahu wata’ala. Sebagai kepala rumah tangga di harus lebih berhati-hati jangan sampai harta ini dibelanjakan untuk sesuatu yang dapat melalaikan keluarganya dari mengingat Allah subhanahu wata’ala. Terkadang kita tidak sadar, ternyata kita menyediakan fasilitas-fasilitas kepada mereka untuk menjauh dari Allah subhanahu wata’ala. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” (Al-Munafiqun: 9)
Rasulullah SAW bersabda :
“Tidaklah sedekah itu mengurangi harta, dan tidaklah Allah menambah bagi seorang hamba dengan pemberian maafnya (kepada saudaranya) kecuali kemuliaan, serta tidaklah seseorang merendahkan diri di (hadapan) Allah kecuali Dia akan meninggikan (derajat)nya” (HR. Muslim)

“Sungguh tidaklah engkau menginfakkan nafkah (harta) dengan tujuan mengharapkan (melihat) wajah Allah (pada hari kiamat nanti) kecuali kamu akan mendapatkan ganjaran pahala (yang besar), sampaipun makanan yang kamu berikan kepada istrimu.(HR Bukhari Muslim).

Keempat, tentang tubuhnya, untuk apa dia gunakan atau habiskan di dunia ini. Apakah tubuh tersebut dia gunakan untuk bermaksiat kepada Allah subhanahu wata’ala. Dia lahir dalam keadaan tidak memiliki apa-apa, kemudian Allah subhanahu wata’ala karuniakan kepadanya penglihatan dan pendengaran. Dengan itu apakah dia bisa mengemban amanah dari Allah subhanahu wata’ala tersebut, yaitu menjaga pendengarannya, penglihatan, dan hatinya dari hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT. Ingatlah akan firman Allah
وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (Al Isra:36)

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan taufiq dan hidayahnya pada kita semua sehingga kita selalu ikhlas dan istiqomah dalam taat kepada-Nya, sampai akhir hayat kita sampai anak-anak keturunan kita, dan digolongkan kita menjadi hamba-hamba yang sholeh sholihin, amiin ya rabbal 'alamiin
Barakallahu…
(lanjut khotbah kedua)....
=========
Disampaikan oleh
Supriyanto - Masjid Nurul Qomar Puri Cilegon Hijau 

Selasa, 02 Februari 2016

NASEHAT HEBAT DARI LUKMANUL HAKIM..!!!

NASEHAT-NASEHAT LUKMANUL HAKIM
Khutbah Jumat, 20 Maret 2015, Masjid Nurul Qomar Puri Cilegon Hijau - Supriyanto

Maasyirol muslimin rohimakumulloh !
Melalui mimbar ini mari kita ingatkan diri kita masing-masing untuk bersyukur kepada Allah terhadap segala ni'mat yang telah diberikan kepada kita terutama ni'mat Iman, ni'mat Islam syehah walafiat, serta panjang umur, diiringi dengan sholawat kepada Nabi kita Muhammad SAW, dengan harapan lewat syukur yang kita realisasikan dalam jiwa kita, Allah SWT akan senantiasa memberikan petunjuk ke jalan yang diridhoi dan melalui sholawat yang kita ucapkan serta sunnah nabi kita yang kita laksanakan kita akan memperoleh syafaat dari Rosulillah SAW.


Maasyirol muslimin rohimakumulloh !
Al-Qur'anul Karim sebagai petunjuk bagi ummat manusia yang berisi tentang hukum dan aturan-aturan Allah di segala macam aspek kehidupan, juga terdapat sejarah ataupun kisah-kisah yang kesemuanya Allah SWT jadikan  I'tibar untuk pribadi dan hidup serta kehidupan ummat, baik secara individu maupun secara sosial dalam bermasyarakat.

Mari kita renungkan ayat Al Qur'an dalam surat Lukman ayat 12, Allah SWT berfirman :

Top of Form
Bottom of Form
وَلَقَدْ آتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْلِله وَمَنْ يَشْكُرْفَإنَّمَايَشْكُرُلِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللهَ غَنِيٌّ حَمِيْدٌ(12)
12. Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لاِبْنِهِ وَهُوَيَعِظُهُ يَابُنَيَّ لاَتُشْرِكْ بِاللهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ(13)
13. Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.”
وَوَصَّيْنَاالإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَي وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْلِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ المَصِيْرُ(14
14. Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.




Menurut Beliau, berdasarkan ayat di Surat Lukman ini, karakter yang harus diajarkan pada anak-anak kita adalah:
  1. Bersyukurlah kepada Allah” dalam arti yang sebenarnya. Ada 3 dimensi syukur menurut beliau. Dimensi pertama, bersyukur berarti memahami bahwa semua nikmat berasal dari Allah SWT, maka ia akan memuji Allah. Dan kebanyakan orang berhenti sampai dimensi ini, tidak salah tapi kurang sempurna. Dimensi kedua, bersyukur berarti mengembalikan sebagian nikmat yang telah dianugerahkan Allah kembali ke jalan Allah, melalui zakat, infak, sedekah, wakaf, dll.Dimensi ketiga, bersyukur berarti obsesif, ambisius untuk terus mengembangkan diri, meningkatkan kapasitas [tambah kaya, tambah sukses, tambah ilmu dll], karena Allah SWT telah berjanji bahwa “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” Di surat Ibrahim ayat 7. Dan Allah mengingatkan kita berulangkali di surat Ar Rahman tentang mensyukuri nikmatnya, “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” dalam beberapa ayat yang berulang. Sudahkah kita bersyukur?

  1. “janganlah kamu mempersekutukan Allah” karena ini adalah kezaliman yang besar, kedunguan yang sangat dungu. Allah SWT telah menciptakan kita sebagai makhluknya yang terbaik, yang paling sempurna di antara makhluknya yang lain.
Allah -Subhanahu wa Ta’ala- berfirman mengancam para nabi -Shollallahu ‘alaihim wasallam- andai ia berbuat syirik,
  "Itulah petunjuk Allah yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya diantara hamba-hamba-Nya. Seandainya mereka menyekutukan Allah niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan." (QS.Al-An’am : 88).

Dalam Surat Az-Zumar Allah SWT juga menegaskan bahwa Syirik dapat menghapus amalan seseorang;
"Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi) sebelummu jika kamu berbuat syirik niscaya akan terhapuslah amalanmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi". (QS.Az-Zumar :65 )
"Katakanlah (wahai Muhammad) apakah akan kami kabarkan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi amalannya? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini. Sedangkan mereka menyangka bahwa mereka telah perbuat sebaik-baiknya mereka itu orang-orang yang kufur terhadap ayat-ayat Rob mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan (dengan Dia) maka terhapuslah amalan-amalan mereka dan kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat". (QS. Al-Kahfi: 103-104).
Waspadalah perkara ini mari kita berhati2, oleh karena itu nabi mengajarkan doa kepada kita yaitu “ Allahumma inna naudzubika min anusrikabika syaina naklamuhu wanastaghfiruka limalana’lamuhu “Aku berlindung kepada mu Ya Allah dari kesyikiran yg kami ketahui dan aku mohon ampun dari kesyirikan yg tdk kami ketahui.
  1.  “(berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya”, menjadi anak yang ta’at tidak durhaka kepada kedua orang tua. Khatib mengingatkan bahwa ridha Allah bergantung pada ridha orang tua, bahwa dua dosa yang langsung dibalas oleh Allah adalah do’a menzalimi orang lain dan durhaka kepada kedua orang tua. Tugas para orang tua lah mendidik anaknya menjadi anak yang shalih yang tidak durhaka. Dalam mendidik anak, kita juga perlu memberikan metode/ilmu, sebagaimana Allah mengajari kita pada ayat 14 di atas. Jangan sekedar menyuruh atau melarang saja, tapi berikan ilmu yg benar. Jadi, sebagai anak kita berdo’a “ Allahummaghfirli dzunubi waliwalidayya, warhamhuma kama rabbayani shaghira” dan sebagai orang tua kita berdo’a “Rabbana hablana min azwajina wa dzurriyatina qurrota a’yun, waj-alna lil muttaqina imama”.
Dan marilah kita memohon kepada Allah semoga kita dijadikan termasuk orang-orang yang mengamalkan ilmu agama yang telah kita dapati, sehingga walaupun sedikit ilmu yang kita miliki kemudian kita amalkan akan membawa hikmah yang baik untuk diri kita sendiri maupun sebuah keteladanan untuk orang lain


Barakallahuliwalakumfilquranil ‘adziim…

Kiat Ramadhan Sukses Menggapai Taqwa

KHUTBAH SUKSES RAMADHAN MENGGAPAI TAQWA
19-6-2015 – Masjid Nurul Qomar - Puri Cilegon Hijau - Supriyanto

Segala puji hanyalah bagi Allah semata, sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah pada nabi junjungan kita : Muhammad SAW, yang senantiasa kita harap syafaatnya pada hari kiamat kelak. Begitu pula kepada para sahabat dan keluarga beliau yang mulia, serta seluruh pengikut risalahnya hingga akhir nanti.
Kaum muslimin yang dirahmati Allah SWT ….
Sesungguhnya bulan Ramadhan yang mulia ini akan terasa begitu singkat. Hari-harinya akan berlalu begitu cepat, meninggalkan kita penuh penyesalan jika tidak segera tersadar untuk mengisinya dengan berbagai kebaikan. Isyarat begitu dalam tentang hari-hari Ramadhan kita dapatkan setelah ayat perintah kewajiban berpuasa, dimana Allah SWT berfirman  :" Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu “ (QS Baqoroh 183-184)
Hanya beberapa hari tertentu saja, karena ia tidak akan lebih dari 29 atau 30 hari. Karenanya, tanpa mengetahui seluk beluk dan keutamaan ragam amal dalam Ramadhan, bisa jadi Ramadhan yang singkat akan benar-benar berlalu begitu saja, nyaris tanpa amal dan kenangan yang berarti. Naudzubillah tsumma naudzu billah ….

Kaum muslimin yang dirahmati Allah SWT ….
Setidaknya ada lima kunci sukses Ramadhan, yang jika kita menjalankannya dengan baik , insya Allah akan menjadikan Ramadhan kita lebih berharga, lebih terasa, dan lebih berkah insya Allah. Dengan lima hal tersebut, kita bisa meniti hari-hari Ramadhan dengan dipenuhi amal yang baik dan disyariatkan. Adapun lima hal tersebut adalah :

Pertama : Menghayati Hikmah dan Manfaat Puasa bagi Kita
Jika seorang memahami maksud, hikmah dan manfaat dari apa yang dilakukan, maka tentulah ia akan menjalankannya dengan ringan dan senang hati. Maka begitu pula seorang yang berpuasa, ketika ia benar-benar mampu menghayati hikmah puasa, maka ibadah yang terlihat berat ini akan dijalani dengan penuh kekhusyukan dan hati yang ringan. Diantara hikmah puasa antara lain adalah : Menjadi madrasah ketakwaan dalam diri kita, sebagaimana isyarat Al-Quran ketika berbicara kewajiban puasa, yaitu la’allakum tattaqun .. agar supaya engkau bertakwa. Hikmah puasa yang lain adalah menggugurkan dosa-dosa kita yang terdahulu, sebagaimana disebutkan dalam banyak riwayat seputar keutamaan ibadah puasa Ramadhan.  Hikmah puasa berikutnya tentu saja menjadikan kemuliaan tersendiri bagi yang menjalaninya saat hari kiamat nanti. Jangankan amal ibadahnya, bahkan bau mulut orang yang berpuasa pun menjadi tanda kemuliaan tersendiri di akhirat nanti.
Subhanallah,
Rasulullah SAW bersabda :

لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ تَعَالَى مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ
“ Sungguh bau mulut orang yang berpuasa, lebih wangi di sisi Allah SWT dari aroma kesturi “ (HR Bukhori).
Dengan memahami hikmah puasa yang begitu besar dan mulia bagi diri kita, maka insya Allah membuat kita lebih semangat dalam menjalani hari-hari Ramadhan kita.
Kaum muslimin yang dirahmati Allah SWT ….
Adapun langkah sukses Ramadhan yang
Kedua adalah  : Mengetahui fiqh dan aturan-aturan dalam Ibadah Puasa.  Dari Ibnu Abbas, Rasulullah SAW bersabda :“seorang faqih (ahli ilmu agama) lebih ditakuti syetan dari pada seribu ahli ibadah (tanpa ilmu) “. (HR Ibnu Majah).
Hadits diatas menegaskan kepada kita tentang urgensinya beribadah dengan ilmu. Bahkan salah satu syarat diterimanya ibadah adalah ittiba atau sesaui aturan dan sunnah Rasulullah SAW.  Dalam kaitannya dengan puasa, sungguh ibadah ini mempunyai kekhususan dalam aturan fiqhnya yang berbeda dengan lainnya. Para ulama pun menjadikan bab puasa sebagai pembahasan khusus dalam kitab fiqhnya. Kita perlu mengkaji ulang, bertanya dan mempelajari apa-apa yang belum sepenuhnya kita yakini atau kita ketahui. Agar kita mampu menjalani ibadah ini dengan baik tanpa keraguan sedikitpun. Hal yang penting kita ketahui utamanya tentang apa-apa yang dibolehkan, apa-apa yang membatalkan, siapa saja yang boleh berbuka dan apa konsekuensinya. Mari kita sempatkan dalam hari-hari  ini untuk kembali mengkaji fiqh seputar puasa. Tidak ada kata terlambat untuk sebuah ilmu ibadah yang mulia. 

Langkah Ketiga : Menjaga Puasa kita agar tetap utuh pahalanya
Yang dimaksud menjaga puasa kita adalah upaya untuk menjadikan pahala puasa kita utuh. Dua cara yang harus kita lakukan dalam kaitannya dengan hal ini, yaitu menjalani sunnah-sunnah puasa, serta menjauhi hal-hal yang bisa mengurangi pahala dan hikmah puasa. Adapun sunnah-sunnah puasa, antara lain adalah mengakhirkan sahur dan menyegerakan berbuka. Sunnah yang sederhana ini adalah bagian dari kemudahan dan keindahan syariat Islam. Kita diminta mengakhirkan sahur, sebagai persiapan untuk menjalani puasa seharian. Begitu pula kita diminta menyegerakan berbuka, sebagai kebutuhan fitrah manusia yang harus diperhatikan. Sunnah puasa lainnya adalah dengan berdoa sebelum dan saat berbuka, serta berbuka dengan seteguk air. Semoga sunnah yang sederhana ini bisa kita lakukan untuk mengoptimalkan pahala puasa kita.

Kaum muslimin yang dirahmati Allah SWT ….
Menjaga puasa juga dengan menjauhi segala sikap dan tindakan yang akan mengurangi keberkahan puasa kita, seperti : marah tiada guna, emosional, berdusta dalam perkataan, ghibah, maupun kemaksiatan secara umum. Hal-hal semacam di atas, selain dilarang secara umum bagi seorang muslim, juga akan mempengaruhi kualitas puasanya di hadapan Allah SWT. Jauh-jauh hari Rasulullah SAW telah mengingatkan kepada kita :
رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلاَّ الْجُوعُ ، وَرُبَّ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ إِلاَّ السَّهَرُ.
Betapa Banyak Orang berpuasa tapi tidak mendapat (pahala) apa-apa dari puasanya kecuali hanya lapar, dan betapa banyak orang yang sholat malam (tarawih) tapi tidak mendapatkan apa-apa selain kantuk dan lelah saja (HR An-NAsai)
Barangsiapa yang tidak meninggalkan perbuatan dan perkataan dusta maka Allah tidak butuh puasanya (Hr. Bukhori)
Mari kita mengambil pelajaran dari hadits di atas, untuk kemudian meniti hari-hari ramadhan kita dengan penuh kehati-hatian dan perhitungan. Siapapun kita tidak akan pernah rela jika hanya mendapat lapar dahaga saja di bulan mulia ini.


Keempat : Menghias Puasa kita dengan Ragam Amal yang disyariatkan dalam Ramadhan
Sesungguhnya ibadah dalam bulan Ramadhan bukan hanya puasa saja. Tetapi banyak ragam ibadah yang juga disyariatkan dalam bulan penuh berkah ini. Mari kita menghias Ramadhan dengan ibadah-ibadah mulia tersebut, agar ramadhan sebagai madrasah ketakwaan benar-benar hadir dalam hidup kita. Rasulullah SAW telah memberikan contoh pada kita bagaimana beliau menghias hati-hati Ramadhannya dengan : Tadarus Tilawah, memperbanyak sedekah, sholat tarawih, memberi hidangan berbuka, bahkan juga I’tikaf di masjid pada sepuluh hari yang terakhir. Jika kita ingin merasakan Ramadhan yang berbeda dan begitu bermakna, tentu menjadi penting bagi kita untuk menghias Ramadhan kita dengan amal ibadah tersebut. Keberkahan Ramadhan akan begitu terasa paripurna dalam hati kita. Amin Allahumma Amiin …

Kaum muslimin yang dirahmati Allah SWT ….
Langkah sukses yang terakhir atau kelima adalah :  Mempertahankan atau menjaga semua amal dengan istiqomah hingga akhir Ramadhan.
Bulan ramdhan dipenuhi banyak amalan yang sungguh akan melelahkan sebagian besar orang. Karenanya kita sering menjadi saksi bagaimana kaum muslimin ‘berguguran’ dalam perlombaan Ramadhan ini sebelum mencapai garis finishnya. Sholat tarawih di masjid mulai menyusut sedikit demi sedikit seiring berlalunya hari-hari awal Ramadhan. Karenanya, merupakan hal yang tidak bisa dibantah adalah jika kesuksesan Ramadhan bergantung dari keistiqomahan kita menjalani semua kebaikan di dalamnya hingga akhir Ramadhan tiba. Syariat kita yang indah pun seolah memberikan motivasi di ujung ramadhan, agar kita bertambah semangat dalam beribadah, yaitu dengan menurunkan malam lailatul qadar yang mulia. Rasulullah SAW pun menjalankan I’tikaf untuk menutup bulan keberkahan ini. Beliau juga bersungguh-sungguh di penghujung Ramadhan. Ibunda Aisyah menceritakan kepada kita :
كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا لَيْلَهُ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ

adalah Nabi SAW ketika masuk sepuluh hari yang terakhir (Romadhon), menghidupkan malam, membangunkan istrinya, dan mengikat sarungnya (HR Bukhori dan Muslim)

Akhirnya, marilah kita berusaha menjalankan lima kunci sukses Ramadhan di atas, agar usaha kita mendapatkan keberkahan dan kesuksesan Ramadhan benar-benar terarah dengan baik dan optimal. Semoga Allah SWT memudahkan dan memberikan kekuatan kepada kita untuk dapat amal dan sampaikan dan semoga Nilai Ketaqwaan Ramadhan dapat kita capai sehingga kita menjadi pribadi-ribadi yang mulia, amiinn

Barakallahuli walakum fil quranil 'adziim wanafaani ya iyakum bimafiihi minal ayaat wadzikril khakim wataqobalallahu minna wa minkum tilawatahu innahu huwal ghafuurur rahiim..
Lanjut khotbah kedua..

Semoga bermanfaat..terima kasih
Mas Supriyanto (smartpower78@gmail.com)