KHUTBAT JUMAT 25 Maret 2016, “4
PERTANYAAN HARI QIAMAT” Masjid Nurul Qomar PCH
Ma’asyiral muslimin
rahimakumullah…
Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala di manapun kita berada. Baik ketika kita
sedang bersama orang banyak, maupun ketika sendirian. Dan marilah kita
senantiasa takut akan terkena azab-Nya, kapan dan di mana pun kita berada.
Karena, kewajiban menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi
larangan-larangan-Nya bukan hanya pada waktu dan saat-saat tertentu saja. Bahkan,
beribadah kepada-Nya adalah kewajiban yang harus dilakukan hingga ajal
mendatangi kita. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ
الْيَقِينُ
“Dan beribadahlah kepada Rabb-mu
sampai kematian mendatangimu.” (Al-Hijr: 99)
Ma'asyiral
muslimin rahimakumullah..
Tidak terasa
waktu berjalan begitu cepat seolah baru kemaren kita sholat jumat sekarang kita
sudah berada di hari jumat lagi, dan salah satu tanda akhir zaman ini adalah
waktu seolah dipersingkat setahun bagai sebulan, sebulan bagi seminggu,
seminggu bagai sehari dan sehari bagai sejam saja.. tak terasa waktu itu
tahu-tahu... Jarak yang dulu terasa jauh kini seolah bumi bagai
dilipat...sadarkah kita bahwasanya ini adalah tanda2 Kebesaran Allah bahwa
Allah Kuasa terhadap sesuatu apapun.. maka pertanyaan dari dalam diri kita
sudahkah hidup kita ini kita isi dengan penuh manfaat..
Ingatlah
bahwa hidup kita ini bukanlah sekedar main-main saja tapi hidup kita di dunia
ini penuh makna dan tujuan. dan salah satu tujuan hidup kita adalah mengabdi,
taat beribadah kepada Allah SWT namun berapa banyak manusia saat ini sudah lali
dari tujuan hidupnya seolah apa yg diperbuatnya tidak akan diminta pertanggung
jawaban dihadapan Allah SWT.
Ingatlah firman Allah
يَوْمَئِذٍ تُعْرَضُونَ لا تَخْفَى مِنْكُمْ خَافِيَةٌ
“Pada hari
itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu), tiada sesuatupun dari keadaanmu yang
tersembunyi (bagi Allah)”. (QS. Al-Haaqoh: 18)
فَالْيَوْمَ لا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا وَلا تُجْزَوْنَ إِلا مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Maka pada hari itu seorang
tidak akan dirugikan sedikit pun dan kamu tidak akan diberi balasan, kecuali
sesuai dengan apa yang telah kamu kerjakan. (Yasin 54)
Allah subhanahu wata’ala menyatakan dalam Al
Qur’an:
وَآَتَاكُمْ
مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا
إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu)
dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah,
tidaklah dapat kamu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zhalim dan
sangat mengingkari (nikmat Allah).” (Ibrahim: 34)
Ketika kita telah sadar bahwa hidup ini adalah ada pertanggungjawaban yang harus kita lakukan maka marilah kita renungkan nasehat Rasulullah berikut ini:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dari
hadits Abu Barzah Al-Aslami radhiyallahu ‘anhu yang diriwayatkan oleh Al-Imam
At-Tirmidzi dan beliau berkata bahwa hadits ini derajatnya Hasan Shahih.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Tidak akan bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat nanti
sampai ditanya tentang empat perkara: (1) tentang umurnya untuk apa dia gunakan, (2) tentang ilmunya, sejauh mana dia
amalkan ilmunya tersebut, (3) tentang hartanya, dari mana harta tersebut didapatkan dan untuk apa
harta tersebut dibelanjakan, dan (4) tentang tubuhnya, untuk apa dia gunakan.” (HR. At-Tirmidzi)
Maasyiral Muslimin Sidang Jumat Rahimakumullah
Maasyiral Muslimin Sidang Jumat Rahimakumullah
Hadits ini menjelaskan tentang apa yang akan
terjadi pada hari kiamat, masing-masing kita akan dimintai pertanggungjawaban
di hadapan Allah subhanahu wata’ala. Tidak ada orang tua di sisi kita, semuanya
bertanggungjawab dengan dirinya sendiri, tidak ada yang menggantungkan kepada
orang tuanya, walaupun dahulu orang tuanya mungkin orang yang besar dan
mempunyai kedudukan. Ketika hari kiamat, itu semua akan sirna, semua berdiri
dengan dirinya sendiri, mempertanggungjawabkan apa yang telah diperbuatnya
ketika di dunia.
Tidak akan bergeser kedua kaki seorang hamba pada
hari kiamat nanti sampai ia ditanya tentang 4 perkara:
Pertama, ditanya tentang umurnya, kesempatan dia hidup di dunia ini, untuk apa ia gunakan. Apakah dengan
usia atau kesempatan itu dia gunakan untuk berfoya-foya, ataukah dia tidak
merasa bahwasanya dia akan dikembalikan oleh Allah subhanahu wata’ala di hari
kiamat nanti. Coba kita bayangkan wahai saudaraku, di kala kita hidup di dunia
ini tidak sadar dan lalai bahwa kita akan dikembalikan oleh Allah subhanahu
wata’ala, kemudian nyawa kita dicabut dalam keadaan kita belum bertaubat
kepada-Nya, maka apa yang terjadi kemudian. Rasulullah SAW bersabda: “Sebaik-baiknya manusia adalah
orang yang diberi panjang umur dan baik amalannya, dan sejelek-jeleknya manusia
adalah orang yang diberi panjang umur dan jelek amalannya.” (HR. Ahmad)
Kedua, tentang ilmunya, sejauh mana dia amalkan ilmu tersebut. Kita menuntut ilmu ini tidak dibiarkan oleh Allah subhanahu wata’ala. Ilmu itu bukan sebatas sebagai wacana dalam diri kita, Allah subhanahu wata’ala akan meminta pertanggungjawaban kita. Apa yang kita ilmui harus kita amalkan, karena itulah hakikat ilmu wahai saudaraku.
Kedua, tentang ilmunya, sejauh mana dia amalkan ilmu tersebut. Kita menuntut ilmu ini tidak dibiarkan oleh Allah subhanahu wata’ala. Ilmu itu bukan sebatas sebagai wacana dalam diri kita, Allah subhanahu wata’ala akan meminta pertanggungjawaban kita. Apa yang kita ilmui harus kita amalkan, karena itulah hakikat ilmu wahai saudaraku.
Ketiga, tentang hartanya, dari mana ia
dapatkan harta tersebut dan untuk apa harta tersebut dibelanjakan. Apakah harta
tersebut dia peroleh dari jalan yang halal, ataukah harta tersebut diperoleh
dari hal-hal yang haram. Apakah keluarganya diberi makan dari sesuatu yang
haram, maka ketika itu Allah subhanahu wata’ala akan meminta pertanggungjawaban
kepada dia. Dan kemudian juga ditanya untuk apa harta tersebut dibelanjakan.
Terkadang kita tidak merasa bahwasanya harta ini, kita belanjakan untuk hal-hal
yang akan menjauhkan seseorang dari perintah-perintah Allah subhanahu wata’ala.
Sebagai kepala rumah tangga di harus lebih berhati-hati jangan sampai harta ini
dibelanjakan untuk sesuatu yang dapat melalaikan keluarganya dari mengingat
Allah subhanahu wata’ala. Terkadang kita tidak sadar, ternyata kita menyediakan
fasilitas-fasilitas kepada mereka untuk menjauh dari Allah subhanahu wata’ala. “Hai orang-orang
yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari
mengingat Allah. Barangsiapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang
yang rugi.” (Al-Munafiqun:
9)
Rasulullah SAW
bersabda :
“Tidaklah sedekah itu mengurangi
harta, dan tidaklah Allah menambah bagi seorang hamba dengan pemberian maafnya
(kepada saudaranya) kecuali kemuliaan, serta tidaklah seseorang merendahkan
diri di (hadapan) Allah kecuali Dia akan meninggikan (derajat)nya” (HR. Muslim)
“Sungguh tidaklah engkau
menginfakkan nafkah (harta) dengan tujuan mengharapkan (melihat) wajah Allah
(pada hari kiamat nanti) kecuali kamu akan mendapatkan ganjaran pahala (yang besar),
sampaipun makanan yang kamu berikan kepada istrimu.(HR Bukhari Muslim).
Keempat, tentang tubuhnya, untuk apa dia gunakan atau habiskan di dunia ini. Apakah tubuh
tersebut dia gunakan untuk bermaksiat kepada Allah subhanahu wata’ala. Dia
lahir dalam keadaan tidak memiliki apa-apa, kemudian Allah subhanahu wata’ala
karuniakan kepadanya penglihatan dan pendengaran. Dengan itu apakah dia bisa
mengemban amanah dari Allah subhanahu wata’ala tersebut, yaitu menjaga
pendengarannya, penglihatan, dan hatinya dari hal-hal yang dilarang oleh Allah
SWT. Ingatlah akan firman Allah
وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak
mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya
pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan
jawabnya. (Al Isra:36)
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan taufiq dan
hidayahnya pada kita semua sehingga kita selalu ikhlas dan istiqomah dalam taat
kepada-Nya, sampai akhir hayat kita sampai anak-anak keturunan kita, dan digolongkan kita menjadi hamba-hamba yang sholeh sholihin, amiin ya rabbal 'alamiin
Barakallahu…(lanjut khotbah kedua)....
=========
Disampaikan oleh
Supriyanto - Masjid Nurul Qomar Puri Cilegon Hijau
0 komentar:
Posting Komentar