Kamis, 26 Maret 2020

Khutbah Jumat Menyikapi Wabah Virus Corona


KHUTBAT JUMAT 27 Maret 2020,  “MENGHADAPI MUSIBAH VIRUS CORONA” Masjid Nurul Qomar PCH
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah…
Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah SWT kapanpun, di manapun kita berada dan dalam kondisi apapun. Baik ketika kita sedang bersama orang banyak, maupun ketika sendirian. Dan marilah kita senantiasa takut akan terkena azab-Nya, kapan dan di mana pun kita berada. Karena, kewajiban menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya bukan hanya pada waktu dan saat-saat tertentu saja. Bahkan, beribadah kepada-Nya adalah kewajiban yang harus dilakukan hingga ajal mendatangi kita. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ
Dan beribadahlah kepada Rabb-mu sampai kematian mendatangimu.” (Al-Hijr: 99)
Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada nabi kita Muhammad Saw, keluarga, sahabat, serta pengikutnya sampai akhir zaman.
Masyiral muslimin siding jumat rahimakumullah
Akhir2 ini dunia sedang dihebohkan dengan berjangkitnya virus corona covid-19 yang menyebar ke hampir seluruh dunia yang telah menelan puluhan ribu korban bahkan ribuan manusia meninggal dunia akibat wabah penyakit ini. Merupakan suatu keprihatian bagi kita semua, semua manusia waspada, dihinggapi rasa ketakutan, khawatir bahkan akibat musibah ini ekonomi dilanda keterpurukan dimana2. dan hanya Allah SWT yang Maha Mengetahui kapan akan diangkat olehNya
Lantas bagaimana sikap kita sebagai orang yang beriman dalam menyikapi masalah ini, setidaknya ada beberapa hal yang harus kita instrospeksi diri disaat seperti ini.
Yang pertama tentunya kita kembalikan hal ini kepada Allah SWT, Sang Pencipta Yang menciptakan semua makhluknya baik yang besar yang tampak oleh mata kita maupun makhluk yg kecil yg juga tak tampak oleh mata kita, baik dilangit, didalam bumi maupun didalam lautan ataupun di dalam tubuh kita semua tak lepas dari pengawasan Allah SWT. Allah SWT berfirman :
وَعِندَهُۥ مَفَاتِحُ ٱلْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَآ إِلَّا هُوَ ۚ وَيَعْلَمُ مَا فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ ۚ وَمَا تَسْقُطُ مِن وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِى ظُلُمَٰتِ ٱلْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِى كِتَٰبٍ مُّبِينٍ
Artinya : “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz).” (QS Al-An’am [6] : 59).
Bahwa Allah Maha Mengetahui, semua yang ada dan terjadi di daratan dan di tempat-tempat sepi tersembunyi sekalipun, yang mencakup binatang, pepohonan, pasir kerikil, dan debu, termasuk bakteri dan virus. Juga segala hewan yang berada di laut, berupa binatang, tambang, ikan, dan lain-lain yang dikandungi oleh airnya.
Tiada sehelai daun pun yang gugur dari pohon darat, laut, kota, desa, dunia dan akhirat kecuali Allah mengetahuinya. Termasuk tidak ada sebutir bijipun yang jatuh dalam kegelapan bumi, berupa biji-bijian, buah-buahan dan tanaman, biji yang di tanam oleh manusia, dan biji-biji tanaman di darat yang menjadi cikal tumbuh-tumbuhan. Melainkan semuanya tertulis di dalam kitab yang nyata atau Lauh Mahfudz
Maka, sepantasnyalah kita mengucapkan, kalimat pujian, “Subhaanallaah, walhamdulillaah, walaailaaha illaah, Allaahu Akbar.”
Yang kedua, tentunya kita harus bersabar atas segala yang menimpa kita karena apapun yg kita usahakan itu tak luput dari kontrolnya Allah SWT. surat al-Baqarah ayat 155, yang berbunyi:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ – ١٥٥
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar
Ayat ini menunjukkan kepada kita bahwa musibah atau bencana adalah hal niscaya yang harus dihadapi oleh setiap manusia. Bencana, apapun bentuknya, sesungguhnya merupakan bentuk kasih sayang Allah kepada manusia. Berbagai peristiwa yang menimpa manusia pada hakikatnya merupakan ujian dan cobaan atas keimanan dan perilaku yang telah dilakukan oleh manusia itu sendiri, dan sabar adalah kunci mendapatkan ridho Allah SWT.
Sidang Jumat rahimakumullah
Ketiga Tidak takut terlalu berlebihan, bukankah kalau kita lihat sejarah bahwa telah berlalu juga wabah2 melanda seperti virus mers, flu burung aids dan lain sebagainya yang tentunya semua ada waktu dan masanya.
Adapun kemudian ada yang meninggal setelah terdampak virus corona, maka sesungguhnya kematian itu bukanlah karena seseorang atau benda apapun. Namun semata-mata karena ajal yang sudah Allah tentukan. Maka, bagi yang tertimpa wabah corona, atau apapun, tetap berharap dan bergantungnya mutlak kepada Allah.
Adapun kepada manusia, seperti periksa dokter, karantina perawatan, itu hanyalah ikhtiar, yang memang harus maksimal juga dilakukan, agar dapat sehat kembali.
Soal ajal, Allah menyebutkan di dalam firman-Nya :
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ ۗ  وَنَبْلُوْكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً   ۗ  وَاِلَيْنَا تُرْجَعُوْنَ
Artinya: “Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami.” (QS Al-Anbiya [21]: 35).
Kita sebagai seorang beriman tentunya kita harus selalu mempersiapkan diri menghadapi maut yang juga merupakan hal yg ghaib dan tak tahu kapan maut itu akan menjemput kita dengan cara apapun semua ada dalam rahasia Allah SWT, dan Rasululah SAW berpesan bahwa sesungguhnya orang yang paling cerdas diatara kita adalah orang yg selalu mengingat maut dan selalu mempersiapkan bekal karena kematian bukan akhir dari segalanya tapi adalah awal babak baru menuju kehidupan selanjtnya yg tentunya akan diminta pertanggungjawaban atas perilaku kehidupan kita di dunia ini. Hanya dengan iman dan amal sholeh kita akan selamat. 6. Fa amma man-saqulat mawazinuh(u)
maka adapun orang yang berat timbangan (kebaikan)nya , 7. Fa huwa di'isyatir radiyah(tin)

maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan (senang), 8. Wa amma man khaffat mawazinuh(u)
dan adapun orang-orang ringan timbangannya (kebaikannya), 9. Fa ummuhu hawiyah(tun)
dan tempat kembalinya adalah neraka hawiyah
Ke empat, marilah kita bertobat dan menbersihkan diri. Bukankah Allah SWT telah sampaikan “Sesungguhnya Allah mencitai orang yang  bertobat lagi membersihkan diri”. Kembali kita mencontoh perikehidupan Rasulullah SAW yang senantiasa menjaga kesucian/kebersihan baik lahir maupun batin. Baik menjaga kebersihan badan kita, pakaian kita ataupun makanan kita bahkan juga kebersihan batin / hati kita. Sehingga apabila itu kita terapkan maka tak mustahil cita Allah akan senantiasa bersama kita.
“Setiap musibah yang turun disebabkan oleh dosa, dan tidak akan terangkat kecuali dengan taubat”
Allah Ta’ala berfirman,
وَأَنِ اسْتَغْفِرُواْ رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُواْ إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُم مَّتَاعاً حَسَناً إِلَى أَجَلٍ مُّسَمًّى
“dan hendaklah kamu meminta ampun [istigfar] kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya.,niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan.” (Hud: 3)
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)” (Asy Syura: 30). Wallau a’lam..Barakallahu
========
Semoga bermanfaat, terima kasih
Mas Priyanto - 27-03-2020