KHUTBAT JUMAT 27 Maret 2020, “MENGHADAPI
MUSIBAH VIRUS CORONA” Masjid Nurul Qomar PCH
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah…
Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah SWT kapanpun, di
manapun kita berada dan dalam kondisi apapun. Baik ketika kita sedang bersama
orang banyak, maupun ketika sendirian. Dan marilah kita senantiasa takut akan
terkena azab-Nya, kapan dan di mana pun kita berada. Karena, kewajiban
menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya bukan
hanya pada waktu dan saat-saat tertentu saja. Bahkan, beribadah kepada-Nya
adalah kewajiban yang harus dilakukan hingga ajal mendatangi kita. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَاعْبُدْ
رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ
“Dan beribadahlah kepada Rabb-mu sampai kematian
mendatangimu.” (Al-Hijr: 99)
Semoga shalawat dan salam senantiasa
tercurah kepada nabi kita Muhammad Saw, keluarga, sahabat, serta pengikutnya
sampai akhir zaman.
Masyiral muslimin siding jumat
rahimakumullah
Akhir2 ini dunia sedang dihebohkan
dengan berjangkitnya virus corona covid-19 yang menyebar ke hampir seluruh
dunia yang telah menelan puluhan ribu korban bahkan ribuan manusia meninggal
dunia akibat wabah penyakit ini. Merupakan suatu keprihatian bagi kita semua,
semua manusia waspada, dihinggapi rasa ketakutan, khawatir bahkan akibat
musibah ini ekonomi dilanda keterpurukan dimana2. dan hanya Allah SWT yang Maha
Mengetahui kapan akan diangkat olehNya
Lantas bagaimana sikap kita sebagai
orang yang beriman dalam menyikapi masalah ini, setidaknya ada beberapa hal yang
harus kita instrospeksi diri disaat seperti ini.
Yang pertama tentunya kita kembalikan hal ini kepada Allah SWT,
Sang Pencipta Yang menciptakan semua makhluknya baik yang besar yang tampak
oleh mata kita maupun makhluk yg kecil yg juga tak tampak oleh mata kita, baik
dilangit, didalam bumi maupun didalam lautan ataupun di dalam tubuh kita semua
tak lepas dari pengawasan Allah SWT. Allah SWT berfirman :
وَعِندَهُۥ
مَفَاتِحُ ٱلْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَآ إِلَّا هُوَ ۚ
وَيَعْلَمُ مَا فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ ۚ
وَمَا تَسْقُطُ مِن وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِى ظُلُمَٰتِ
ٱلْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِى كِتَٰبٍ مُّبِينٍ
Artinya : “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang
ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa
yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan
Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan
bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam
kitab yang nyata (Lauh Mahfudz).” (QS Al-An’am [6] : 59).
Bahwa Allah Maha Mengetahui, semua
yang ada dan terjadi di daratan dan di tempat-tempat sepi tersembunyi
sekalipun, yang mencakup binatang, pepohonan, pasir kerikil, dan debu, termasuk
bakteri dan virus. Juga segala hewan yang berada di laut, berupa binatang,
tambang, ikan, dan lain-lain yang dikandungi oleh airnya.
Tiada sehelai daun pun yang gugur dari
pohon darat, laut, kota, desa, dunia dan akhirat kecuali Allah mengetahuinya.
Termasuk tidak ada sebutir bijipun yang jatuh dalam kegelapan bumi, berupa
biji-bijian, buah-buahan dan tanaman, biji yang di tanam oleh manusia, dan
biji-biji tanaman di darat yang menjadi cikal tumbuh-tumbuhan. Melainkan
semuanya tertulis di dalam kitab yang nyata atau Lauh Mahfudz
Maka, sepantasnyalah kita mengucapkan,
kalimat pujian, “Subhaanallaah, walhamdulillaah, walaailaaha illaah, Allaahu
Akbar.”
Yang kedua, tentunya kita harus
bersabar atas
segala yang menimpa kita karena apapun yg kita usahakan itu tak luput dari
kontrolnya Allah SWT. surat al-Baqarah ayat 155, yang berbunyi:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ
وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ
الصّٰبِرِيْنَ – ١٥٥
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan
kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan
buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar
Ayat ini menunjukkan kepada kita bahwa
musibah atau bencana adalah hal niscaya yang harus dihadapi oleh setiap
manusia. Bencana, apapun bentuknya, sesungguhnya merupakan bentuk kasih sayang
Allah kepada manusia. Berbagai peristiwa yang menimpa manusia pada hakikatnya
merupakan ujian dan cobaan atas keimanan dan perilaku yang telah dilakukan oleh
manusia itu sendiri, dan sabar adalah kunci mendapatkan ridho Allah SWT.
Sidang Jumat rahimakumullah
Ketiga Tidak takut terlalu berlebihan, bukankah kalau kita lihat sejarah
bahwa telah berlalu juga wabah2 melanda seperti virus mers, flu burung aids dan
lain sebagainya yang tentunya semua ada waktu dan masanya.
Adapun kemudian ada yang meninggal
setelah terdampak virus corona, maka sesungguhnya kematian itu bukanlah karena
seseorang atau benda apapun. Namun semata-mata karena ajal yang sudah Allah
tentukan. Maka, bagi yang tertimpa wabah corona, atau apapun, tetap berharap
dan bergantungnya mutlak kepada Allah.
Adapun kepada manusia, seperti periksa
dokter, karantina perawatan, itu hanyalah ikhtiar, yang memang harus maksimal
juga dilakukan, agar dapat sehat kembali.
Soal ajal, Allah menyebutkan di dalam
firman-Nya :
كُلُّ
نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوْكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۗ وَاِلَيْنَا تُرْجَعُوْنَ
Artinya: “Setiap yang bernyawa akan
merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai
cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami.” (QS Al-Anbiya [21]: 35).
Kita
sebagai seorang beriman tentunya kita harus selalu
mempersiapkan diri menghadapi maut yang juga merupakan hal yg ghaib dan tak
tahu kapan maut itu akan menjemput kita dengan cara apapun semua ada dalam rahasia
Allah SWT, dan Rasululah SAW berpesan bahwa sesungguhnya orang yang paling
cerdas diatara kita adalah orang yg selalu mengingat maut dan selalu
mempersiapkan bekal karena kematian bukan akhir dari segalanya tapi adalah awal
babak baru menuju kehidupan selanjtnya yg tentunya akan diminta
pertanggungjawaban atas perilaku kehidupan kita di dunia ini. Hanya dengan iman
dan amal sholeh kita akan selamat. 6. Fa amma
man-saqulat mawazinuh(u)
maka adapun orang yang berat timbangan (kebaikan)nya , 7. Fa huwa di'isyatir radiyah(tin)
maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan (senang), 8. Wa amma man khaffat mawazinuh(u)
dan adapun orang-orang ringan timbangannya (kebaikannya), 9. Fa ummuhu hawiyah(tun)
dan tempat kembalinya adalah neraka hawiyah
maka adapun orang yang berat timbangan (kebaikan)nya , 7. Fa huwa di'isyatir radiyah(tin)
maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan (senang), 8. Wa amma man khaffat mawazinuh(u)
dan adapun orang-orang ringan timbangannya (kebaikannya), 9. Fa ummuhu hawiyah(tun)
dan tempat kembalinya adalah neraka hawiyah
Ke empat, marilah kita bertobat dan menbersihkan diri.
Bukankah Allah SWT telah sampaikan “Sesungguhnya Allah mencitai orang yang bertobat lagi membersihkan diri”. Kembali
kita mencontoh perikehidupan Rasulullah SAW yang senantiasa menjaga
kesucian/kebersihan baik lahir maupun batin. Baik menjaga kebersihan badan
kita, pakaian kita ataupun makanan kita bahkan juga kebersihan batin / hati
kita. Sehingga apabila itu kita terapkan maka tak mustahil cita Allah akan
senantiasa bersama kita.
“Setiap musibah yang turun
disebabkan oleh dosa, dan tidak akan terangkat kecuali dengan taubat”
Allah Ta’ala berfirman,
وَأَنِ
اسْتَغْفِرُواْ رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُواْ إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُم مَّتَاعاً حَسَناً
إِلَى أَجَلٍ مُّسَمًّى
“dan hendaklah kamu meminta ampun
[istigfar] kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya.,niscaya Dia akan memberi
kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah
ditentukan.” (Hud: 3)
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ
أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
“Dan
apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan
tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari
kesalahan-kesalahanmu)” (Asy Syura: 30). Wallau a’lam..Barakallahu========
Semoga bermanfaat, terima kasih
Mas Priyanto - 27-03-2020