Kamis, 19 Mei 2022

7 AMALAN YANG TERUS MENERUS MENGALIR WALAPUN SUDAH MATI

 7 AMALAN YG TERUS MENGALIR WALAUPUN KITA SDH MATI
 

Ketauhilah bahwa di antara nikmat Allah yang paling besar yang Dia berikan kepada hamba-Nya yang
beriman yaitu Dia persiapkan pintu-pintu kebaikan yang banyak bagi hamba-Nya. Apabila seorang hamba
mengamalkannya, maka ia akan mendapatkan ganjaran pahala, baik ketika hidup di dunia demikian juga tetap mengalir saat mereka telah tiada.
 

Para penghuni kubur tergadai di dalam makam mereka, terputus dari amalan shaleh, dan menunggu hari
hisab yang tidak diketahui hasilnya. Dalam keadaan demikian ada orang-orang yang kebaikannya terus bersambung dan ganjaran pahalanya terus berdatangan. Mereka berpindah dari negeri amal (dunia), tapi balasan pahala tidak berhenti, derajat mereka terus meninggi, pahala mereka terus berlipat, padahal mereka berada di kubur tidak melakukan amal, hanya menunggu datangnya kiamat. Alangkah mulia dan alangkah indahnya keadaan mereka, sesuatu yang tidak bisa dibeli dengan harta dunia.
Ibadallah,
Dalam Shahih Muslim, Abu Hurairah meriwayatkan sebuah hadits dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Beliau bersabda,


“Apabila anak Adam meninggal, maka terputus darinya semua amalan kecuali tiga perkara: sedekah
jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang mendoakannya.”


Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menyebutkan ada tujuh amalan yang pahalanya tetap mengalir ke kubur seseorang tatkala ia telah meninggal. 

Sebuah hadis yang diriwayatkan oleh al-Bazzar dari Anas bin
Malik radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Ada tujuh perkara yang pahalanya tetap mengalir untuk seorang hamba setelah ia meninggal, padahal ia berada di dalam kuburnya: (1) orang yang mengajarkan ilmu pengetahuan, (2) orang yang mengalirkan
sungai (yang terputus pen.) (3) orang yang membuat sumur, (4) orang yang menanam kurma (buah), (5)
orang yang membangun masjid, (6) orang yang memberi mush-haf Alquran, dan (7) orang yang
meninggalkan seorang anak yang senantiasa memohonkan ampun untuknya setelah ia wafat.”

Renungkanlah wahai saudara muslim keutamaan amalan ini, dan hendaknya kita bersemangat menanam investasi pahala di dunia yang Allah jadikan tempat ini sebagai negeri persiapan. Hendaknya kita bersungguh-sungguh menyegerakannya sebelum amalan terputus dan sakitnya kematian merenggut
nyawa kita. Apakah kita sudah punya investasi akherat ini, bila belum mari kita segera beramal

Wallahu a'lam

DAHSYAT - MENESYUKURI NIKMAT KEMERDEKAAN

 KHUTBAH JUMAT, 20 AGUSTUS 2021

Masjid Nurul Qomar – PCH - Supriyanto

TEMA : MENSYUKURI NIKMAT KEMERDEKAAN

 

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,

Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepada kita nikmat yang sangat banyak. Allah memberikan kita kesehatan, umur panjang, kesempatan, dan yang paling utama adalah nikmat iman dan Islam. Salah satu nikmat besar yg kita rasakan saat ini, kita hidup di alam kemerdekaan. 76 tahun sudah kita merdeka dari penjajahan.

Nikmat kemerdekaan ini perlu untuk kita syukuri. Sebab dengan syukur itulah, Allah akan mendatangkan keberkahan dan menambah nikmat-Nya.

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS. Ibrahim: 7)

Lalu bagaimana cara kita mensyukuri nikmat kemerdekaan ini? Setidaknya ada 5 poin agar kita bias bersyukur atas nikmat kemerdekaan bagsa Indonesia hingga saat ini

1. Menyadari kemerdekaan adalah nikmat dari Allah

Pertama, kita perlu menyadari bahwa kemerdekaan ini adalah nikmat dari Allah. Bahkan termasuk nikmat yang besar. Bagaimana tidak, dalam kondisi terjajah, masyarakat muslim akan sulit untuk melaksanakan ibadah kepada Allah. Bahkan merasa tidak aman dalam menjalani kehidupan. Apalagi kehidupan sesuai dengan tuntunan Islam.

Para pejuang kemerdekaan dan pendiri bangsa ini menyadari sepenuhnya bahwa kemerdekaan ini adalah nikmat dan rahmat dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga dicantumkanlah pengakuan ini dalam pembukaan UUD 1945.

“Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.”

Para pejuang kemerdekaan dan pendiri bangsa ini menyadari sepenuhnya, memang mereka berjuang bahkan mengorbankan nyawa, namun yang Kuasa menganugerahkan kemerdekaan adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Menyadari bahwa kemerdekaan adalah nikmat dari Allah, memudahkan kita untuk mensyukurinya. Sebagaimana Nabi Sulaiman memandang kekuasaan yang Allah berikan kepadanya.

هَٰذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ ۖ وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ

“Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia”. (QS. An Naml: 40)

2. Beriman dan Bertaqwa kepada Allah

Jamaah Jumat rakhimakumullah. Mensyukuri nikmat kemerdekaan ini, setiap muslim harus meningkatkan keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dengan keimanan dan ketaqwaan yang kuat, masyarakat akan selamat dari berbagai tipuan dunia yang menghancurkan. Mulai dari keyakinan yang melemahkan seperti syirik, khurafat dan tahayul. Hingga kriminalitas dan kejahatan moral seperti korupsi, minuman keras, narkoba dan perzinaan.

Dengan keimanan dan ketaqwaan, Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menganugerahkan keberkahan di negeri kita. Ini merupakan janji Allah yang pasti dan menjadi keniscayaan.

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS. Al A’raf: 96)

3. Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Mensyukuri nikmat kemerdekaan, setiap muslim haruslah memiliki jiwa amar ma’ruf nahi munkar. Gunakan kemerdekaan itu untuk menciptakan sebuah kehidupan yang penuh dengan kebaikan dan semaksimal mungkin menekan kemungkaran.

Agar masyarakat damai, dipenuhi nilai-nilai kebaikan, diwarnai dengan indahnya persaudaraan. Jangan sampai dibiarkan munculnya kemungkaran-kemungkaran yang menjatuhkan fitrah dan derajat kemanusiaan, menzalimin orang lain dan mendatangkan kemurkaan Allah. Sang Pemberi kemerdekaan.

Bangsa yang merdeka, haruslah menebarkan kebaikan untuk seluruh rakyatnya. Sehingga mereka merasa aman dan merdeka menjalankan kebenaran. Bangsa yang merdeka, juga harus memiliki kekuatan untuk mencegar terjadinya kezaliman dan kemungkaran.

الَّذِينَ إِنْ مَكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ الْأُمُورِ

(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sholat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan. (QS. Al Hajj: 41)

4. Mengisi kemerdekaan dengan pembangunan

Jamaah Jumat rahimakumullah. Mensyukuri nikmat kemerdekaan, sebuah bangsa harus mengisinya dengan pembangunan. Memakmurkan bumi sebagaimana peran manusia sebagai khalifatullah. Membangun untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Membangun dengan adil agar semua warga merasa sejahtera.

Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menyukai sebuah bangsa yang merdeka serta para pemimpin yang berkuasa namun justru melakukan kerusakan di muka bumi. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ تَوَلَّيْتُمْ أَنْ تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ

Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? (QS. Muhammad: 22)

5. Mengundang Rahmat Allah

Jamaah Jumat yang dirahmati Allah. Para pejuang kemerdekaan dan pendiri bangsa Indonesia menyadari sepenuhnya bahwa kemerdekaan ini adalah rahmat dari Allah. Maka mengisi kemerdekaan, seharusnya juga melanjutkan kesadaran itu dengan mengundang rahmat Allah berikutnya.

Bagaimana caranya? Dengan melakukan amal-amal yang mendatangkan rahmat Allah, juga berdoa memohon rahmat-Nya.

Di antaranya adalah membiasakan shalat berjamaah dan memakmurkan masjid. Termasuk juga sholat Jumat seperti sekarang ini. Setiap kali masuk masjid kita dianjurkan berdoa:

اللَّهُمَّ افْتَحْ لِى أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ

Ya Allah, bukakanlah pintu-pintu rahmatMu untukku.” (HR. Muslim)

Masuk masjid dan memakmurkannya adalah amalan mendatangkan rahmat Allah. Saat masuk masjid kita juga memohon rahmat Allah. Hari ini kita sudah memiliki masjid yg mewah ini, maka mari kita makmurkan dgn berbagai kegiatan keagamaan shg masjid sebagai jantungnya masyarakat akan membawa menebar rahmat Allah.

Semoga dengan mengamalkan lima poin mensyukuri nikmat kemerdekaan ini, Allah melimpahkan rahmat dan berkah-Nya untuk negeri kita. Bangsa Indonesia. Menjadikan negeri ini penuh kebaikan dan keberkahan, serta mendapat ampunan-Nya. Baldatun thayyibatun wa Rabbun ghafur

. أَقُوْلُ قَوْلِ هَذَا وَاسْتَغْفِرُوْاللَّهَ الْعَظِيْمِ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Sumber : https://bersamadakwah.net/khutbah-jumat-kemerdekaan/

Dengan sedikit tambahan ; by supriyanto

DAHSYATNYA ISTIQOMAH DALAM ISLAM

 KHUTBAT JUMAT 20 November 2015,  “ISTIQOMAH DLM ISLAM” Masjid Nurul Qomar PCH

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah…

Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala di manapun kita berada. Baik ketika kita sedang bersama orang banyak, maupun ketika sendirian. Dan marilah kita senantiasa takut akan terkena azab-Nya, kapan dan di mana pun kita berada. Karena, kewajiban menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya bukan hanya pada waktu dan saat-saat tertentu saja. Bahkan, beribadah kepada-Nya adalah kewajiban yang harus dilakukan hingga ajal mendatangi kita. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ

Dan beribadahlah kepada Rabb-mu sampai kematian mendatangimu.” (Al-Hijr: 99)

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah……

Setiap muslim yang telah berikrar bahwa Allah Rabbnya, Islam agamanya dan Muhammad rasulnya, ia harus senantiasa memahami arti ikrar ini dan mampu merealisasikan nilai-nilainya dalam realitas kehidupannya. Setiap dimensi kehidupannya harus terwarnai dengan nilai-nilai tersebut baik dalam kondisi aman maupun terancam. Namun dalam realitas kehidupan dan fenomena ummat, kita menyadari bahwa tidak setiap orang yang memiliki pemahaman yang baik tentang Islam mampu meimplementasikan dalam seluruh kisi-kisi kehidupannya. Dan orang yang mamupu mengimplementasikannya belum tentu bisa bertahan sesuai yang diharapkan Islam, yaitu komitment dan istiqamah dalam memegang ajarannya dalam sepanjang perjalanan hidupnya.

ALLAH SWT BERFIRMAN :

“Maka tetaplah (istiqamahlah) kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”(Hud:112)

 

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialahAllah”, kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.(Al-Ahqaf:13-14)

 

 Abu Bakar Shiddiq ra ketika ditanya tentang istiqamah ia menjawab; bahwa istiqamah adalah kemurnian tauhid (tidak boleh menyekutukan Allah dengan apa dan siapapun)

– Umar bin Khattab r.a. berkata: “Istiqamah adalah komitment terhadap perintah dan larangan dan tidak boleh menipu sebagaimana tipu musang”

– Utsman bin Affan ra berkata: “Istiqamah adalah mengikhlaskan amal kepada Allah swt”

– Ali bin Abu Thalib ra berkata: “Istiqamah adalah melaksanakan kewajiban-kewajiban”

 Hasan Bashri berkata: “Istiqamah adalah melakukan ketaatan dan menjauhi kemaksitan”

– Mujahid berkata: “Istiqamah adalah komitmen terhadap syahadat tauhid sampai bertemu dengan Allah swt”

 

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah….

Jadi muslim yang beristiqamah adalah muslim yang selalu mempertahankan keimanan dan aqidahnya dalam situasi dan kondisi apapun. Ia bak batu karang yang tegar mengahadapi gempuran ombak-ombak yang datang silih berganti. Ia tidak mudah loyo atau mengalami futur dan degredasi dalam perjalanan hidupnya. Ia senantiasa sabar dalam memegang teguh tali keimanan. Dari hari ke hari semakin mempesona dengan nilai-nilai kebenaran dan kebaikan Islam. Ia senantiasa menebar pesona Islam baik dalam ruang kepribadiannya, kehidupan keluarga, kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Itulah cahaya yang selalu menjadi pelita kehidupan. Itulah manusia muslim yang sesungguhnya, selalu istiqomah dalam sepanjang jalan kehidupan

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah…..

Setidaknya ada 5 langkah untuk jalan menuju Istiqamah

 

Pertama, Muraqabah

Muraqabah adalah perasaan seorang hamba akan kontrol ilahi dan kedekatan dirinya kepada Allah. Hal ini diimplementasikan dengan mentaati seluruh perintah Allah dan menjauhi seluruh larangan-Nya, serta memiliki rasa malu dan takut, apabila menjalankan hidup tidak sesuai dengan syariat-Nya.

“Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: Kemudian Dia bersemayam di atas ‘arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya. Dan Dia bersama kamu di mama saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (Al-Hadid: 4)

Rasulullah saw. bersabda-ketika ditanya tentang ihsan, “Kamu beribadah kepada Allah seolah-olah kamu melihat-Nya, dan apabila kamu tidak melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihat kamu.” (H.R. Bukhari)

Kedua, Mu’ahadah

Mu’ahadah yang dimaksud di sini adalah iltizamnya seorang atas nilai-nilai kebenaran Islam. Hal ini dilakukan kerena ia telah berafiliasi dengannya dan berikrar di hadapan Allah SWT.

Ada banyak ayat yang berkaitan dengan masalah ini, di antaranya adalah sebagai berikut.

“Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.” (An-Nahl: 91)

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (Al-Anfal: 27)

 

Ketiga, Muhasabah

Muhasabah adalah usaha seorang hamba untuk melakukan perhitungan dan evaluasi atas perbuatannya, baik sebelum maupun sesudah melakukannya. Allah berfirman;

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Hasyr: 18)

“Orang yang cerdas (kuat) adalah orang yang menghisab dirinya dan beramal untuk hari kematiannya. Adapun orang yang lemah adalah orang yang mengekor pada hawa nafsu dan berangan-angan pada Allah.” (H.R. Ahmad)

Umar bin Khattab ra berkata, “Hisablah dirimu sebelum dihisab, dan timbanglah amalmu sebelum ditimbang ….”

 

Keempat, Mu’aqabah

Mu’aqabah adalah pemberian sanksi oleh seseorang muslim terhadap dirinya sendiri atas keteledoran yang dilakukannya.

“Dan dalam qishash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa.” (Al-Baqarah: 179)

Generasi salaf yang soleh telah memberikan teladan yang baik kepada kita dalam masalah ketakwaan, muhasabah, mu’aqabah terhadap diri sendiri jika bersalah, serta contoh dalam bertekad untuk lebih taat jika mendapatkan dirinya lalai atas kewajiban. Sebagaimana disebutkan dalam beberapa riwayat :

 

1. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Umar bin Khaththab ra pergi ke kebunnya. Ketika ia pulang, maka didapatinya orang-orang sudah selesai melaksanakan Shalat Ashar. Maka beliau berkata, “Aku pergi hanya untuk sebuah kebun, aku pulang orang-orang sudah shalat Ashar! Kini, aku menjadikan kebunku sedekah untuk orang-orang miskin.”

2. Ketika Abu Thalhah sedang shalat, di depannya lewat seekor burung, lalu beliau pun melihatnya dan lalai dari shalatnya sehingga lupa sudah berapa rakaat beliau shalat. Karena kejadian tersebut, beliau mensedekahkan kebunnya untuk kepentingan orang-orang miskin, sebagai sanksi atas kelalaian dan ketidak khusyuannya.

Kelima Mujahadah (Optimalisasi)

Mujahadah adalah optimalisasi dalam beribadah dan mengimplementasikan seluruh nilai-nilai Islam dalam kehidupan.

“Hai orang-orang yang beriman, ruku’lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan. Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya…” (Al-Hajj: 77-78)

“Rasulullah saw. melaksanakan shalat malam hingga kedua tumitnya bengkak. Aisyah ra. pun bertanya, ‘Mengapa engkau lakukan hal itu, padahal Allah telah menghapuskan segala dosamu?’ Maka, Rasulullah saw. menjawab, ‘Bukankah sudah sepantasnya aku menjadi seorang hamba yang bersyukur.'” (H.R. Bukhari-Muslim)

 

Inilah lima langkah yang harus dimiliki oleh seorang muslim yang ingin mempertahankan nilai keimanan, yang ingin bertahan dan istiqamah di puncak ketakwaannya. Semoga Allah SWT menjadikan kita semua hamba-hamba-Nya yang senantiasa istiqamah, sampai akhir hayat kita bahkan sampai anak cucuk kita  menjadi seorang muslim ideal dan akhirnya kita dijanjikan surga-Nya.amin.

 

Barakallahu….

MENGHADAPI MUSIBAH VIRUS CORONA DLL

 KHUTBAT JUMAT 27 Maret 2020,  “MENGHADAPI MUSIBAH VIRUS CORONA” Masjid Nurul Qomar PCH

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah…

Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah SWT kapanpun, di manapun kita berada dan dalam kondisi apapun. Baik ketika kita sedang bersama orang banyak, maupun ketika sendirian. Dan marilah kita senantiasa takut akan terkena azab-Nya, kapan dan di mana pun kita berada. Karena, kewajiban menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya bukan hanya pada waktu dan saat-saat tertentu saja. Bahkan, beribadah kepada-Nya adalah kewajiban yang harus dilakukan hingga ajal mendatangi kita. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ

Dan beribadahlah kepada Rabb-mu sampai kematian mendatangimu.” (Al-Hijr: 99)

Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada nabi kita Muhammad Saw, keluarga, sahabat, serta pengikutnya sampai akhir zaman.

Masyiral muslimin siding jumat rahimakumullah

Akhir2 ini dunia sedang dihebohkan dengan berjangkitnya virus corona covid-19 yang menyebar ke hampir seluruh dunia yang telah menelan puluhan ribu korban bahkan ribuan manusia meninggal dunia akibat wabah penyakit ini. Merupakan suatu keprihatian bagi kita semua, semua manusia waspada, dihinggapi rasa ketakutan, khawatir bahkan akibat musibah ini ekonomi dilanda keterpurukan dimana2. dan hanya Allah SWT yang Maha Mengetahui kapan akan diangkat olehNya

Lantas bagaimana sikap kita sebagai orang yang beriman dalam menyikapi masalah ini, setidaknya ada beberapa hal yang harus kita instrospeksi diri disaat seperti ini.

Yang pertama tentunya kita kembalikan hal ini kepada Allah SWT, Sang Pencipta Yang menciptakan semua makhluknya baik yang besar yang tampak oleh mata kita maupun makhluk yg kecil yg juga tak tampak oleh mata kita, baik dilangit, didalam bumi maupun didalam lautan ataupun di dalam tubuh kita semua tak lepas dari pengawasan Allah SWT. Allah SWT berfirman :

وَعِندَهُۥ مَفَاتِحُ ٱلْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَآ إِلَّا هُوَ ۚ وَيَعْلَمُ مَا فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ ۚ وَمَا تَسْقُطُ مِن وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِى ظُلُمَٰتِ ٱلْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِى كِتَٰبٍ مُّبِينٍ

Artinya : “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz).” (QS Al-An’am [6] : 59).

Bahwa Allah Maha Mengetahui, semua yang ada dan terjadi di daratan dan di tempat-tempat sepi tersembunyi sekalipun, yang mencakup binatang, pepohonan, pasir kerikil, dan debu, termasuk bakteri dan virus. Juga segala hewan yang berada di laut, berupa binatang, tambang, ikan, dan lain-lain yang dikandungi oleh airnya.

Tiada sehelai daun pun yang gugur dari pohon darat, laut, kota, desa, dunia dan akhirat kecuali Allah mengetahuinya. Termasuk tidak ada sebutir bijipun yang jatuh dalam kegelapan bumi, berupa biji-bijian, buah-buahan dan tanaman, biji yang di tanam oleh manusia, dan biji-biji tanaman di darat yang menjadi cikal tumbuh-tumbuhan. Melainkan semuanya tertulis di dalam kitab yang nyata atau Lauh Mahfudz

Maka, sepantasnyalah kita mengucapkan, kalimat pujian, “Subhaanallaah, walhamdulillaah, walaailaaha illaah, Allaahu Akbar.”

Yang kedua, tentunya kita harus bersabar atas segala yang menimpa kita karena apapun yg kita usahakan itu tak luput dari kontrolnya Allah SWT. surat al-Baqarah ayat 155, yang berbunyi:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ – ١٥٥

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar

Ayat ini menunjukkan kepada kita bahwa musibah atau bencana adalah hal niscaya yang harus dihadapi oleh setiap manusia. Bencana, apapun bentuknya, sesungguhnya merupakan bentuk kasih sayang Allah kepada manusia. Berbagai peristiwa yang menimpa manusia pada hakikatnya merupakan ujian dan cobaan atas keimanan dan perilaku yang telah dilakukan oleh manusia itu sendiri, dan sabar adalah kunci mendapatkan ridho Allah SWT.

Sidang Jumat rahimakumullah

Ketiga Tidak takut terlalu berlebihan, bukankah kalau kita lihat sejarah bahwa telah berlalu juga wabah2 melanda seperti virus mers, flu burung aids dan lain sebagainya yang tentunya semua ada waktu dan masanya.

Adapun kemudian ada yang meninggal setelah terdampak virus corona, maka sesungguhnya kematian itu bukanlah karena seseorang atau benda apapun. Namun semata-mata karena ajal yang sudah Allah tentukan. Maka, bagi yang tertimpa wabah corona, atau apapun, tetap berharap dan bergantungnya mutlak kepada Allah.

Adapun kepada manusia, seperti periksa dokter, karantina perawatan, itu hanyalah ikhtiar, yang memang harus maksimal juga dilakukan, agar dapat sehat kembali.

Soal ajal, Allah menyebutkan di dalam firman-Nya :

كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ ۗ  وَنَبْلُوْكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً   ۗ  وَاِلَيْنَا تُرْجَعُوْنَ

Artinya: “Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami.” (QS Al-Anbiya [21]: 35).

Kita sebagai seorang beriman tentunya kita harus selalu mempersiapkan diri menghadapi maut yang juga merupakan hal yg ghaib dan tak tahu kapan maut itu akan menjemput kita dengan cara apapun semua ada dalam rahasia Allah SWT, dan Rasululah SAW berpesan bahwa sesungguhnya orang yang paling cerdas diatara kita adalah orang yg selalu mengingat maut dan selalu mempersiapkan bekal karena kematian bukan akhir dari segalanya tapi adalah awal babak baru menuju kehidupan selanjtnya yg tentunya akan diminta pertanggungjawaban atas perilaku kehidupan kita di dunia ini. Hanya dengan iman dan amal sholeh kita akan selamat. 6. Fa amma man-saqulat mawazinuh(u)
maka adapun orang yang berat timbangan (kebaikan)nya , 7. Fa huwa di'isyatir radiyah(tin)
maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan (senang), 8. Wa amma man khaffat mawazinuh(u)
dan adapun orang-orang ringan timbangannya (kebaikannya), 9. Fa ummuhu hawiyah(tun)
dan tempat kembalinya adalah neraka hawiyah

Ke empat, marilah kita bertobat dan menbersihkan diri. Bukankah Allah SWT telah sampaikan “Sesungguhnya Allah mencitai orang yang  bertobat lagi membersihkan diri”. Kembali kita mencontoh perikehidupan Rasulullah SAW yang senantiasa menjaga kesucian/kebersihan baik lahir maupun batin. Baik menjaga kebersihan badan kita, pakaian kita ataupun makanan kita bahkan juga kebersihan batin / hati kita. Sehingga apabila itu kita terapkan maka tak mustahil cinta Allah akan senantiasa bersama kita.

“Setiap musibah yang turun disebabkan oleh dosa, dan tidak akan terangkat kecuali dengan taubat”

Allah Ta’ala berfirman,

وَأَنِ اسْتَغْفِرُواْ رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُواْ إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُم مَّتَاعاً حَسَناً إِلَى أَجَلٍ مُّسَمًّى

“dan hendaklah kamu meminta ampun [istigfar] kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya.,niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan.” (Hud: 3)

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)” (Asy Syura: 30). Wallau a’lam..Barakallahu..

HIKMAH DAHYSAT - BULAN RAJAB

 Sekarang kita telah memasuki bulan Rajab. Salah satu dari empat bulan yang dimuliakan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Keempat yang dimuliakan tersebut adalah bulan Rajab, Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Muharram.  

Firman Allah menegaskan hal tersebut:

    إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ

Artinya: Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa. (QS At-Taubah: 36) 

 Hadirin Rahimakumullah

Ayat di atas menjelaskan tentang kemuliaan empat bulan dibanding bulan lain dalam setahun. Apakah mungkin Allah yang menciptakan semua bulan itu sendiri, tapi ada yang lebih mulia daripada bulan yang lain?  

Jawabnya mungkin-mungkin saja. Kita bisa melihat, ada hari-hari dalam sepekan, namun dibandingkan yang lain, hari Jumat merupakan hari paling mulia. Ada bulan-bulan dalam setahun, Ramadlan yang paling mulia, di situ orang-orang diwajibkan berpuasa. Hari Arafah lebih mulia daripada hari-hari lain dalam setahun, lailatul qadar lebih utama daripada malam-malam lain, dan Nabi Muhammad lebih utama daripada semua makhluk, dan seterusnya.  

Artinya meskipun masing-masing diberi kemuliaan oleh Allah, atas kehendak-Nya membuat kemuliaan antara yang satu lebih tinggi dari lainnya karena memang kehendak-Nya demikian. Termasuk bulan Rajab beserta tiga bulan lainnya, Allah lebih memuliakan dibandingkan bulan lain.  

Di bulan ini orang-orang dilarang melakukan peperangan dan mengangkat senjata. Jadi siapa pun merasa aman. Bahkan para pakar fiqih memperberat sanksi diyat bagi siapa pun yang membunuh seseorang pada bulan-bulan ini dengan hukuman yang lebih berat.  

Al-Imam Fakhruddin Ar-Razi dalam tafsirnya menjelaskan tentang empat bulan yang dimuliakan tersebut dengan kalimat berikut:

   وَمَعْنَى الْحُرُمِ: أَنَّ الْمَعْصِيَةَ فِيهَا أَشَدُّ عِقَابًا، وَالطَّاعَةَ فِيهَا أَكْثَرُ ثَوَابًا 

 Artinya: Yang dimaksudkan dengan bulan-bulan yang dimuliakan di sini, sesungguhnya maksiat dalam bulan ini siksanya lebih berat. Jika menjalankan ketaatan, pahalanya dilipatgandakan. (Tafsir Ar-Râzi) 

Pada bulan Rajab ini perlu menjadi pengingat untuk pribadi kita, supaya membersihkan diri dari kotoran maksiat. Mari hentikan caci maki, menyebar kabar bohong, hoaks, fitnah menggunjing sesama warga negara dan bentuk perilaku yang tidak pantas dilakukan oleh seorang muslim. Ingatlah, dosanya dilipatgandakan.  

Kita perlu waspada, perilaku dosa di bulan ini tidak main-main. Kalau perang yang jelas-jelas membela agama Islam di masa Rasulullah saja disuruh berhenti karena menghormati bulan mulia, apalagi caci maki, memang seharusnya untuk dihentikan sekarang juga. Tidak usah menunggu besok-besok. Apalagi di bulan mulia, mari mulai konsentrasi memikirkan akhirat yang abadi, menyambut bulan Ramadlan yang suci tinggal sebentar lagi.  

Al-Imam Dzun Nûn Al-Mishriy mengatakan:

    رَجَبٌ شَهْرُ الزَّرْعِ، وَشَعْبَانُ شَهْرُ السَّقْيِ، وَرَمَضَانُ شَهْرُ الْحَصَادِ 

Artinya: Rajab adalah bulan menanam, Sya’ban adalah bulan menyiram, sedangkan Ramadlan adalah bulan menuai. 

وَكُلٌّ يَحْصُدُ مَا زَرَعَ، فَمَنْ ضَيَّعَ الزِّرَاعَةَ نَدِمَ يَوْمَ الْحَصَادِ 

Artinya: Setiap orang akan mengunduh atas apa yang ia tanam. Barangsiapa yang tidak merawat tanamannya, ia akan menyesal saat musim panen.  

Hadirin yang Dirahmati Allah

Pada bulan Rajab sebagai bulan menanam ini, jangan sampai kita bercocok tanam keburukan. Minimal, jika kita tidak bisa menanam dengan membantu atau membuat orang lain tersenyum, setidaknya jangan sampai kita merugikan orang lain. Jangan sakiti siapa pun. Mari kita mulai dari bulan Rajab yang mulia ini.  

HIKMAH DAHSYAT - BULAN ZULQO'DAH

 

Khutbah Jumat  “HIKMAH BULAN ZULQO’DAH”

Jumat, 18 JUNI 2021, by Supriyanto – Masjid Nurul Qomar

Hadirin rahimakumullah

Waktu berjalan begitu cepat hari berganti minggu berlalu bulan berjalan, watu itu tahu tahu. Seolah baru 2 bln kemaren kita di bulan ramadhan dengan segala aktifitas ibadah sebulan penuh kemudian berganti dengan bulan Syawal dimana kita dianjurkan untuk lebih meningkatkan  ibadah dan amaliyah didalamnya.

Sekarang kita telah memasuki bulan Dzulqo’dah. Salah satu dari empat bulan yang dimuliakan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Keempat yang dimuliakan tersebut adalah bulan Rajab, Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Muharram.  

Firman Allah menegaskan hal tersebut:

    إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ

Artinya: Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa. (QS At-Taubah: 36) 

 Hadirin Rahimakumullah

Ayat di atas menjelaskan tentang kemuliaan empat bulan dibanding bulan lain dalam setahun. Apakah mungkin Allah yang menciptakan semua bulan itu sendiri, tapi ada yang lebih mulia daripada bulan yang lain?  

Jawabnya mungkin-mungkin saja. Kita bisa melihat, ada hari-hari dalam sepekan, namun dibandingkan yang lain, hari Jumat merupakan hari paling mulia. Ada bulan-bulan dalam setahun, Ramadlan yang paling mulia, di situ orang-orang diwajibkan berpuasa. Hari Arafah lebih mulia daripada hari-hari lain dalam setahun, lailatul qadar lebih utama daripada malam-malam lain, dan Nabi Muhammad lebih utama daripada semua makhluk, dan seterusnya.  

Artinya meskipun masing-masing diberi kemuliaan oleh Allah, atas kehendak-Nya membuat kemuliaan antara yang satu lebih tinggi dari lainnya karena memang kehendak-Nya demikian. Termasuk bulan Rajab beserta tiga bulan lainnya, Allah lebih memuliakan dibandingkan bulan lain.  

Di bulan ini orang-orang dilarang melakukan peperangan dan mengangkat senjata. Jadi siapa pun merasa aman. Al-Imam Fakhruddin Ar-Razi dalam tafsirnya menjelaskan tentang empat bulan yang dimuliakan tersebut dengan kalimat berikut:

   وَمَعْنَى الْحُرُمِ: أَنَّ الْمَعْصِيَةَ فِيهَا أَشَدُّ عِقَابًا، وَالطَّاعَةَ فِيهَا أَكْثَرُ ثَوَابًا 

 Artinya: Yang dimaksudkan dengan bulan-bulan yang dimuliakan di sini, sesungguhnya maksiat dalam bulan ini siksanya lebih berat. Jika menjalankan ketaatan, pahalanya dilipatgandakan. (Tafsir Ar-Râzi) 

Pada bulan Zulqo’dah ini perlu menjadi pengingat untuk pribadi kita, dan menjadikan sebagi momentum untuk perubahan ke arah yang lebih baik, supaya membersihkan diri dari kotoran maksiat. Mari hentikan caci maki, menyebar kabar bohong, hoaks, fitnah menggunjing sesama dan bentuk perilaku yang tidak pantas dilakukan oleh seorang muslim. Ingatlah, dosanya dilipatgandakan.

Hadirin rahimakumullah

 Tak bosan2nya kita akan selalu diingatkan akan pentingnya tujuan kita diciptakan kedunia ini oleh Allah SWT, Allah ciptakan kita tidak untuk main2 atau sia2 saja, dan sudah pasti tentunya harus kita laksanakan sampai akhir hayat kita nanti. Sebagaimana firman Allah “وَٱعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ ٱلْيَقِينُ..dan sembahlah / beribadahlah kepada Allah sampai ajal menjemput :

 

 

Maka ulama katakan setidaknya ada 4 tujuan kita diciptakan kedunia ini :

1.     Beribadah/mengabdi kepada Allah “Dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia agar beribadah kepadaku”

Menurut tafsir Ibnu Qoyyim Al Jauziyah:

" bahwa tujuan Allah menciptakan kita manusia serta jin dan makhluk lainnya di bumi ini adalah untuk beribadah kepada-Nya. Allah tidak mungkin menciptakan makhluk begitu saja tanpa pelarangan atau perintah" .

Tujuan ini mendidik manusia untuk senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah.

 

Tentunya dalam ibadah ini kita harus melakukan yg terbaik dan ini merupakan ujian dari Allah sebagaimana  firmanya “Dialah Allah yang menciptakan kehidupan dan kematian dan hendak menguji kalian siapa diatara kalian yang terbaik amalnya Al-Mulk 2

2.     Tujuan penciptaan manusia selanjutnya adalah sebagai pengurus bumi dan seisinya. Khalifah adalah hamba Allah yang ditugaskan untuk menjaga ke- maslahatan dan kesejahteraan dunia. Tujuan penciptaan manusia sebagai khalifah juga tertuang dalam QS. al-An’am ayat 165 yang berbunyi:

” Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

3.     Tujuan penciptaan manusia yang ketiga adalah mengemban amanah. Tujuan ini berupa kesanggupan manusia memikul beban taklif yang diberikan oleh Allah SWT. Tujuan penciptaan manusia ini mendidik orang-orang beriman supaya selalu memelihara amanah dan mematuhi perintah tersebut.

Hal ini sesuai dengan QS al-Ahzab ayat 72 yang berbunyi:

إِنَّا عَرَضْنَا ٱلْأَمَانَةَ عَلَى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱلْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَن يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا ٱلْإِنسَٰنُ ۖ إِنَّهُۥ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا

” Sesungguhnya kami Telah menge- mukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikulah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh”

 

Amanah yang sudah ditetapkan tersebut agar ti- dak dikhianati, baik amanah dari Allah SWT dan RasulNya maupun amanah antara sesama manusia

 

4.    Tujuan penciptaan manusia adalah agar manusia senantiasa mengetahui maha kuasanya Allah SWT. Ini meliputi pemahaman bahwa seluruh alam semesta, termasuk bumi, tata surya dan sesisnya terbentuk atas kuasa Allah SWT. Hal tersebut telah dijelaskan dalam QS at-Thalaq: 12 yang berbunyi:

“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha-Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu."

 

Bumi yang kita pijak langit yang kita lihat diatas kita bahkan didalam tubuh kita dari mulai ujung rambut sampai telapak kaki semua ini ada tanda2 kebesaran Allah SWT.

 Oleh kare itu marilah kita senantiasa ingat akan tujuan kita diciptakan oelh Allah SWT didunia ini dan kita laksanakan perintah Allah SWT ini dengan sebaik2nya dan kita selalu memohon kepada Allah agar sentiasa diberikan sifat ikhlas dan istiqomah sampai akhir hayat kita sehingga kita digolongkan oleh Allah sebagai orang2 yang mulia bahagia beruntung fiddunya wal akhirah, aamiin ya rabbal ‘alamiin

 

Barakallahu…