Kamis, 19 Mei 2022

TAQWALAH DIMANAPUN ANDA BERADA

 KHUTBAT JUMAT 24 Januari 2020,  “TAQWA DIMANA SAJA” Masjid Nurul Qomar PCH

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah…

Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala di manapun kita berada. Baik ketika kita sedang bersama orang banyak, maupun ketika sendirian. Dan marilah kita senantiasa takut akan terkena azab-Nya, kapan dan di mana pun kita berada. Karena, kewajiban menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya bukan hanya pada waktu dan saat-saat tertentu saja. Bahkan, beribadah kepada-Nya adalah kewajiban yang harus dilakukan hingga ajal mendatangi kita. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ

Dan beribadahlah kepada Rabb-mu sampai kematian mendatangimu.” (Al-Hijr: 99)

 

Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada nabi kita Muhammad Saw, keluarga, sahabat, serta pengikutnya sampai akhir zaman.

Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena takwa adalah wasiat Allah SubhanahuwaTa’ala sebagaimkan firman-Nya

وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِن قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَنِ اتَّقُوا اللهَ

Dan sungguh Kami telah memerintahkankepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepadakamu; bertaqwalah kepada Allah” (QS. AnNisa’: 131)

 

Menurut ayat ini takwa adalah wasiat Allah kepada seluruh manusia, baik orang-orang terdahulu, sekarang, dan di masa yang akan datang. Demikian juga takwa adalah wasiat orang-orang shalih dari kalangan umat ini.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda, mewasiatkan kepada salah seorang sahabatnya yang bernama Mu’adz bin Jabal untuk bertakwa kepada Allah

اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ ، وَأَتْبِعْ السَيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

“Bertaqwalah kepada Allah dimanapun engkau berada, dan iringilah perbuatan dosa dengan amal kebajikan, niscaya kebajikan tersebut akan menutupinya.

Serta bergaulah dengan orang lain dengan akhlak yang baik.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi,)

 

Ada tiga permasalahan penting yang mencakup bagaimana manusia beradab kepada Tuhan mereka dan berbuat baik antar sesama.Takwa dalam arti yang sederhana yaitu melaksanakan apa yang Allah perintahkan dan menjauhi larangan-larangan-Nya

Bertaqwa/taat kepada Allah dimana saja kita berada saat ramai maupun sendirian, satu lagi nasehat Rasulullah SAW :

Dari Tsauban, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata, “Sungguh aku mengetahui suatu kaum dari umatku datang pada hari kiamat dengan banyak kebaikan semisal Gunung Tihamah. Namun Allah menjadikan kebaikan tersebut menjadi debu yang bertebaran.” Tsauban berkata, “Wahai Rasulullah, coba sebutkan sifat-sifat mereka pada kami supaya kami tidak menjadi seperti mereka sedangkan kami tidak mengetahuinya.”

 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Adapun mereka adalah saudara kalian. Kulit mereka sama dengan kulit kalian. Mereka menghidupkan malam (dengan ibadah) seperti kalian. Akan tetapi mereka adalah kaum yang jika bersepian mereka merobek tirai untuk bisa bermaksiat pada Allah.” (HR. Ibnu Majah no. 4245.)

 

Ibnu Hajar Al-Haitami mengatakan dalam Az-Zawajir ‘an Iqtiraf Al-Kabair (2: 764) mengenai dosa besar no. 356, “Termasuk dosa besar adalah dosa yang dilakukan oleh orang yang menampakkan keshalihan, lantas ia menerjang larangan Allah. Walau dosa yang diterjang adalah dosa kecil dan dilakukan di kesepian


 

Imam Ibnu Katsir meriwayatkan sebuah kisah mengenai perihal Amirul Mukminin Umar bin Khaththab yang bertanya kepada Ubay bin Ka’ab. Umar bertanya tentang pengertian takwa.

Umar: Wahai Ubay, apa yang dimaksud dengan takwa?

Ubay: Pernahkah Anda melalui suatu jalan yang terdapat duri di jalanan tersebut?

Umar: Pernah

Ubay: Lalu apa yang Anda lakukan?

Umar: Aku singkapkan sarungku atau pakaianku, kemudian aku berhati-hati melewati jalan tersebut agar tidak terinjak duri.

Ubay: Itulah takwa.

Ubay bin Ka’ab mengungkapkan pengertian takwa dengan memisalkannya dengan analogi yang sangat mudah dipahami. Seseorang yang melewati jalan yang berduri tentu saja ia akan berhati-hati melewati jalan tersebut.

 

Kalau kita realisasikan permisalan ini dengan kehidupan kita sehari-hari. Takwa adalah mengetahui hal-hal yang biasa mencelakakan kita atau membahayakan kehidupan kita di akhirat kelak, setelah kita tahu lalu kita jauhi hal-hal tersebut.

Jangan remehkan sesuatu yang kecil, karena gunung yg besarpun berasal dari kumpulan partikel2 kecil.

Inilah hakikat ketakwaan menjauhi segala sesuatu yang dilarang oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Hadirin rahimakumullah !

Takwa adalah sesuatu yang sangat penting dalam akidah Islam. Allah Subhanahu wa Ta’ala memandang kemuliaan seseorang bergantung dengan ketakwaan yang tertancap di dadanya. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun masih meminta kepada Allah agar Dia menambahkan ketakwaan untuk dirinya. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam sering mengucapkan doa

اللّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الهُدَى وَالتُّقَى

“Ya Allah, aku memohon petunjuk dan ketakwaan kepada-Mu.”

Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam saja senantiasa meminta kepada Allah agar menambahkan ketakwaan kepada dirinya, maka kita sebagai umatnya lebih layak lagi untuk memohon kepada Allah agar menambahkan ketakwaan kepada diri kita.

 

Hadirin rahimakumullah !

Kemudian di wasiat Nabi Muhammad Saw.yang kedua , sebagaimana hadits di atas adalah :

 

وَأَتْبِعْ السَيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا

“Iringilah perbuatan dosa dengan amal kebajikan, niscaya kebajikan tersebut akan menutupinya.”

 

Dalam keseharian kita ,Tidak disangsikan lagi kita adalah orang-orang yang senantiasa tak lepas berbuat dosa, menzalimi diri kita sendiri, melanggar perintah Allah Subhaanahu wa Ta’ala atau meninggalkan kewajiban yang Dia perintahkan kepada kita.

Oleh karena itu, kita sangat butuh agar dosa-dosa kita diampuni oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, serta dihapuskan dari catatan amal-amal kita, agar kita menemui Allah di akhirat kelak dengan memenuhi catatan amal kebajikan kita.

Di antara upaya untuk menghapus catatan dosa kita adalah dengan memperbanyak berbuat kebajikan seperti yang telah Rasulullah Saw. Jelaskan dalam sabdanya di atas. Kita disini duduk di masjid di rumah Allah Subhaanahu wa Ta’ala untuk menunaikan kewajiban kita shalat Jumat berjamaah, kita menambahi ritual kewajiban ini dengan amalan-amalan lainnya; shalat sunah, membaca Alquran, bershalawat, dll. Tentu saja ini adalah kebaikan yang banyak dan agung. Kita ikhlas semata-mata mengharap ridha Allah, maka amalan kita saat ini insya Allah termasuk catatan kebaikan kita dan menghapuskan kesalahan-kesalahan kita.

 

 

 

Hadirin yang dirahmati Allah

Wasiat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang ketiga adalah mengajarkan kita menjalin hubungan dengan Allah Subhanahu waTa’ala dengan bertakwa dan beribadah kepada-Nya, beliau melanjutkan bagaimana hendaknya kita menjalin hubungan sosial sesama manusia dan sesama hamba Allah.

Beliaubersabda,

وَخَالِقِ النَاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

Serta bergaulah dengan orang lain dengan akhlak yang baik.

Beliau mewasiatkan agar kita bersosialisasi dengan baik, dengan akhlak yang mulia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِنَّ أَكْثَرَ يُدْخِلَ النَاسَ الجَنَّةَ التَقْوَى اللهَ وَحُسْنُ الخُلُق

“Sesungguhnya yang paling banyak memasukkan seseorang kedalam surga adalah bertakwa kepada Allah dan akhlak yang baik / mulia.” (HR. Bukhari)

 

Berakhlak baik kepada Allah dan kepada sesama manusia walaupun orang-orang tersebut orang yang ingkar kepada Allah –orang kafir atau non-muslim-.

 

Demikianlah wasiat singkat dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, tiga wasiat singkat namun mencakup segala hal, mencakup permasalahan bagaimana hendaknya seseorang mengarungi kehidupan mereka di dunia untuk menjemput kehidupan yang bahagia di akhirat kelak. Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala menambahkan ketakwaan kepada kita sehingga kita dengan ringan menjalankan kewajiban-kewajiban kita dan enteng untuk meninggalkan segala yang Dia larang. Dan semoga Allah membimbing kita agar menjadi pribadi-pribadi yang beraklakmulia

 

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُهُ العَظِيْمَ الجَلِيْلَ لِيْ وَلَكُمْ، وَلِجَمِيْعِ المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ؛ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ

 

0 komentar:

Posting Komentar